Budaya / SeniCerpen

Wanita Mendung Alam Keerom – Puisi Joe Annas Hasan

Oleg Tambulilingin, Srihadi Soedarsono, 200 cm x 130cm, Oil on canvas | JAVADESINDO
Oleg Tambulilingin, Srihadi Soedarsono, 200 cm x 130cm, Oil on canvas | JAVADESINDO

Segelas Senyum

Tembok-tembok akan memulai pengakuan
Pada nyawa-nyawa yang hina
Oleh nafas setengah hidup
Disisir gemintang tak kunjung padam

Lilin merekah-rekah di tengah bau busuk
Dan keributan memenangi tiga kamar
Kehilangan maksud yang ku punya
Lalu ku tinggal pergi dengan segelas senyum

Membumikan kehangatan sebuah gelisah
Aku hampir tenggelam di telan makian
Tak ingin dengar tapi aku tak tuli
Merasakan ini sebuah kemunafikan

Namun  tak berdaya
Ada kuasa di atas kuasanya

Jayapura, Senin, 2 Mei 2016

Wanita Mendung

Aku atau mendung ini yang menyerah
Perubahan kisah dari suara ke medan tempur
Jauh di ujung jari
Membekukan diri pada tingkah lelaki tua

Malam tak kunjung mengundang mendung
Sekilas mereka terlihat sama pada kemalasan
Lelah, letih yang sulit untuk di buang
Menebak-nebak apa yang sedang terjadi

Aku marah pada wanita mendung
Tak ada hal lain dalam pikirannya
Selain hubungan se orang dan dua orang
Dan aku menatap kebodohan dalam dirinya

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Akhirnya ia pergi
Melepas pesan yang tak harus di ucap
Disambut tawa khas sebuah kamar
Maka pergilah kau, wanita mendung

Jayapura, Senin, 18 April 2016

Alam Keerom

Ada langkah bergumul dengan nafas
Terhitung waktu yang segitu banyaknya
Seorang dua orang berubah jadi ratus
Berulang hingga tahun yang hampir habis

Telah kutemukan garis untuk mengabdi pada sang empunya
Lewat perbincangan kau ajari aku
Lewat kesibukan kau sabari aku
Semua tentang hidup yang akan datang

Aku pernah marah
Itu kelalaian dari sadar
Sebab kesalahan yang tak disengaja
Juga maaf yang lupa terucap

Kini lihatlah
Alam keerom menyatukan batin kita
Bersama pendahulu dan anak-anaknya
Kita kan jadi pemenang

Hari ini, esok, dan nanti

Jayapura, Jumat, 13 November 2015

 

Joe Annas Hasan
Joe Annas Hasan

Joe Annas Hasan, lahir di Ambon pada 22 Februari. Karya-karyanya baru tersebar di penerbit indie dalam antologi bersama (puisi). Diantaranya Monolog Seekor Monyet, Aurora, Danau Yang Terkubur, Turunnya Nawangwulan, Hitam Putih Manusia, Negeri Tak Bersalju, Sekaleng Bir dan Segelas Gas Air mata, dan Meditasi Tulang Rusuk.   Aktif di bidang olahraga (Taekwondo).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resinsi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 124