Ekonomi

Wajah Kinerja Industri Manufaktur Indonesia di Tahun Politik

Persaingan Manufaktur/Ilustrasi/Foto Dok. Pikiranrakyat/Nusantaranews
Persaingan Manufaktur/Ilustrasi/Foto Dok. Pikiranrakyat/Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, industri manufaktur Indonesia masih menunjukkan hasrat terus meningkatkan produktivitas dan perluasan usaha guna dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Hal ini, kata Menperin, tercermin dari indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sepanjang tahun 2018 yang rata-rata berada pada level di atas 50 atau menandakan sektor manufaktur tengah ekspansif.

“Artinya, dari capaian tersebut, para investor di sektor industri melihat bahwa Indonesia telah mampu mengelola ekonomi melalui norma baru. Upaya ini sejalan dengan tekad pemerintah menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif,” kata Menperin melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (4/1/2019).

Dalam laporan Nikkei disebutkan PMI manufaktur Indonesia pada Desember 2018 menempati posisi angka 51,2 atau naik dari perolehan bulan November yang bertengger di peringkat 50,4. PMI Manufaktur Indonesia pada pengujung 2018, juga menjadi posisi tertinggi dibanding tiga bulan sebelumnya. Kinerja positif itu, antara lain didorong karena lonjakan permintaan domestik dan pertumbuhan lapangan kerja.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Konsultasi Publik Penyusunan Ranwal RKPD Kabupaten Nunukan 2025

Di level Asia Tenggara, geliat industri di Indonesia lebih baik daripada Thailand, Malaysia dan Singapura. Sementara itu, PMI manufaktur Asean terpantau berada di posisi 50,3 pada Desember 2018, melambat dibanding capaian bulan sebelumnya di tingkat 50,4.

PMI ini merupakan hasil survei bulanan yang menggunakan data respons para manajer di bidang pembelian yang berasal dari 300 perusahaan manufaktur berbagai sektor, di antaranya industri logam dasar, kimia dan plastik, tekstil dan pakaian, serta makanan dan minuman.

Lebih lanjut, menurut Airlangga, kenaikan indeks manufaktur pada akhir tahun 2018 juga dinilai sebagai penegasan bahwa pelaku industri manufaktur di Indonesia semakin percaya diri untuk lebih ekspansif pada tahun 2019. “Memasuki tahun politik, kita harus lebih optimistis, termasuk kepada para pelaku industri, supaya bisa mengambil peluang,” tegasnya.

Menperin menambahkan, pemerintah terus berupaya memacu pengembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global. Hal ini seiring pelaksanakaan peta jalan Making Indonesia 4.0. Selain itu mengoptimalkan produktivitas, terutama industri yang berorientasi ekspor. “Saat ini, kebijakan makro tetap terjaga, dengan komitmen pemerintah melaksanakan paket kebijakan ekonomi yang telah diluncurkan,” imbuhnya.

Baca Juga:  Pemerintah Desa Pragaan Daya Salurkan BLT DD Tahap Pertama untuk Tanggulangi Kemiskinan

Pada tahun ini, Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,4 persen. Subsektor yang diperkirakan tumbuh tinggi, antara lain industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika.

Investasi di industri manufaktur pun diyakini dapat meningkat pada tahun babi tanah ini karena pemerintah telah merilis aturan terkait dengan tax holiday yang mencakup lebih banyak sektor, yaitu melalui PMK 150/2018 tentang Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan. Selain itu, kepastian untuk mendapatkan insentif tersebut juga lebih jelas dengan adanya online single submission (OSS).

“Artinya, investor tidak perlu lagi menunggu, bahwa kondisi ekonomi dan politik Indonesia dinilai stabil. Nah, ini kesempatan Indonesia untuk terus memacu investasi, ekspor, dan pengoptimalan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) di sektor industri,” tuturnya.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,148