InspirasiKolomTerbaru

Wacanakan Full Day School, Menteri Muhadjir Effendy Genit

NUSANTARANEWS.CO – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy yang baru saja dilantik tiba-tiba dengan genitnya meleparkan wacana program sekolah sehari penuh (full day school). Ini suatu kegenitan pejabat baru yang tidak mempertimbangkan berbagai efek negatif yang akan dialami anak-anak murid jika full day school diterapkan. Barangkali saking semangatnya usai dilantik menggantikan Anies Baswedan, mantan rektor UM Malang itu langsung melontarkan ide kebijakannya tanpa terlebih dahulu melakukan kajian secara komprehensif. Padahal, seorang menteri sudah seharusnya berpikir komprehensif dalam melihat sebuah persoalan, termasuk melontarkan sebuah ide dan gagasan.

“Ini artinya sang menteri pendidikan tak berikan teladan kehati-hatian dalam berucap akibat dari semangat untuk sensasi program ‘asal beda’, kritik Komisioner Ombudsman RI, Laode Ida, Jakarta, Rabu (10/8/2016).

Full day school jelas akan berdampak negatif bagi fisik dan psikis anak. Sebab, secara fisik, siswa akan merasakan keletihan usai menjalani aktivitas dalam sehari penuh, yang secara langsung pula akan berimplikasi pada kejiwaan anak-anak. Apalagi, usai anak-anak SD dan SMP, “di mana secara psikologis mash dalam taraf ‘banyak menikmati bermain’, sudah pasti akan mengalami stres tersendiri”, kata dia. Ini artinya, kebijakan itu berpotensi melanggar hak asasi anak-anak dalam proses tumbuh kembang yang wajar.

Baca Juga:  Anton Charliyan Dampingi Prabowo Makan Baso di Warung Mang UKA di Cimahi Jabar 

Kebijakan full day school, jika itu dipaksakan, akan secara langsung mengurangi porsi interaksi anak-anak dengan orang tua atau keluarga di rumah. Sudah menjadi kewajiban orag tua dan keluarga untuk menanamkan atau mewariskan nilai-nilai kebaikan melalui interaksi yang intens dengan anak, yang dengan sendirinya full day school akan mereduksi peran orang tua dalam membina anak-anak mereka, kata Laode.

Akan lebih produktif jika Mendikbud baru ini membuat program link age antara sekolah, keluarga dan lingkungan, dalam rangka menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak-anak sekolah. Sebab, fakta selama ini memang terjadi kecenderungan lingkungan masyarakat di luar sekolah dan rumah tak pernah ada program sistematis untuk menjadikan nilai-nilai pendidikan di sekolah dan atau nilai-nilai moral dalam keluarga disinergikan dengan aktivitas positif di lingkungan tempat tinggal anak-anak itu.

“Atau, tentu akan produktif jika Mendikbud membuat program pendalaman materi pelajaran khususnya bagi anak-anak dari keluarga, demikian Laode. (eriec dieda/ucok)

Related Posts

1 of 3,049