Virus Corona Lonceng Kematian
Oleh: Priyo Anggoro, Dosen UNUGHA Cilacap
Berita mengenai virus Corona beberapa hari terakhir menghiasi laman media apapun di Indonesia. Semua lapisan masyarakat mewaspadai kehadiran virus yang sudah menjangkiti ratusan orang di Indonesia meski ada beberapa yang sembuh, tapi ada juga yang meninggal dunia.
Sebagai upaya pencegahan, kita perlu memahami wabah seperti ini ada dan berkembang. Melalui pemahaman tentang penularan efektif virus baru ini, yang belum lama menjadi viral di media. Terutama media sosial. Mungkin saja, bila SARS atau Flu burung ada pada era sekarang pasti viralnya sama dengan Corona.
Sebagai seorang yang beragama Islam, kita meyakini adanya kematian sebagai satu perpindahan alam. Dari alam dunia ke alam barzah. Hakekatnya hanya berpindah alam saja. Karena hanya jasad yang hancur tapi ruh kita berpindah dan berada di alam barzah sampai menunggu hari kebangkitan. Saat itulah kita meyakini semua ruh dan jasad akan dibangkitkan utuh kembali menemui hari pembalasan.
Banyak orang takut dengan virus Corona, karena identik dengan kematian. Padahal akses menuju kematian banyak sekali variannya. Ada yang ketabrak mobil, mati! ada juga yang kena serangan jantung, mati! ada juga yang ketiban pensil, mati! tapi, pensilnya satu peti alias satu ton.
Pada saat kita melihat kondisi inilah, kita semua akan memakai pendekatan spiritualisme. Pendekatan Agama, mendekat pada sang maha pencipta semesta alam raya. Jadi, virus ini sudah membuka mata hati kita. Bahwa kekuatan seperti apapun bisa saja takluk hanya oleh virus yang secara kasat mata tak terlihat tapi bisa melumpuhkan manusia.
Virus Corona merupakan ayat kauniyah atau salah satu tanda kebesaran Allah, supaya kita sadar dan kembali memahami hakekat kehidupan di dunia. Penyakit yang ada, tidak memandang bulu hinggapnya, tua, muda, kaya, miskin, rakyat, pejabat. Sama halnya dengan kematian yang tak pandang bulu dan tak menentu kapan datangnya.
Kehadiran virus ini menjadikan pengingat, bahwa sekuat apapun negara, sekuat apapun pemimpin, sekuat apapun ekonomi, sekuat apapun senjata, sekuat apapun pertahanan tak mampu melawan virus ciptaan Allah yang bisa merubah tatanan kehidupan, meski pemerintah mencanangkan libur sekolah dan kerja hanya 14 hari misalnya.
Sudah seharusnya kita bersabar atas segala musibah, selalu mawas diri dan bertaubat pada sang Kholiq pencipta semesta. Bahwa ada yang lebih penting dari sekedar memikirkan virus tersebut, yaitu mempersiapkan bekal apa yang kita bawa menghadapi kematian yang akan menjemput, melalui media apapun sebabnya, termasuk salah satunya virus.
Ikhtiyar kita melawan dan mencegah harus terus berjalan, kemudian tawakkal dan berserahlah pada Allah. Niscaya kita akan hadapi kejadian luar biasa internasional ini tetap dengan tersenyum, karena kita tetap dekat dengan Tuhan.