
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ekonom senior dan juga Mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia, Rizal Ramli membeberkan data utang yang ditanggung PLN saat ini mencapai Rp.394 triliun. Untuk itu siapapun yang menjadi bos di PLN, maka ia akan tertekan cost (biaya).
“Saya tahu persis misalnya bahwa keuangan PLN walaupun besar, kuat, tapi utangnya kalau saya memberikan contoh utangnya PLN 394 triliun,” ujar Rizal Ramli saat memberikan pemaparan kasus listrik padam secara massal dalam diskusi ILC, pada Selasa malam (6/8/2019).
Di atas kertas, lanjut dia, PLN untung hampir Rp.12 triliun. Tetapi keuntungan itu semua belum masuk sepenuhnya ke PLN. Hal ini dikarenakan pemerintah sendiri masing berhutang pada PLN.
“Pemerintah masih ngutang sama PLN. Yang belum dibayar nilainya itu total 2017-2018, 48,1 triliun, belum lagi BUMN dan lembaga lembaga negara lainnya yang utangnya belum dibayar kepada PLN,” ungkapnya.
“Jadi di atas kertas keliatan untung, tapi sebetulnya karena belum diupayakan, siapapun bos di PLN pasti dia akan tertekan cost,” tegasnya.
Nah bagaimana cara menekan cost tersebut? Rizal Ramli mengatakan, yang pertama yang paling tinggi biayanya seperti power station di Jakarta, Muara Karang, Tanjung Priok yang semuanya itu memakai gas harus dikurangi. Pasalnya, cost untuk power station yang menggunakan gas biayanya lebih mahal dua kali lipat dibanding dengan menggunakan batu bara
“Itu biayanya dua kali lipat dibandingan listrik di Jawa bagian Timur yang pakai batu bara yang paling anyar 6 cents lah per kilowatt-nya. Ini 12 cents,” jelasnya.
Kalau ada direktur PLN yang mikir keuangan, lanjut Rizal Ramli, pasti ia akan kurangi penggunaan LNG (Liquefied Natural Gas). Nah ditutuplah yang sekitar Jabotabek ini.
“Yah walaupun sebetulnya cukup untuk ngeladenin Jabotabek, karena permintaan 11,5 ribu megawatt kapasitasnya itu 13,5 ribu megawatt. Tapi ini mahal banget,” tandasnya.
Pewarta: Romandhon