Mancanegara

USS Carney Milik Angkatan Laut AS Kembali Dikerahkan ke Laut Hitam

NUSANTARANEWS.CO – Kapal perusak milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USS Carney dilaporkan telah berlabuh di pelabuhan Odessa, Ukraina.

Berhenti sejenak di Odessa, USS Carney akan melanjutkan pelayarannya menuju Laut Hitam guna memperkuat kawasan tersebut dan membendung pergerakan Rusia.

USS Carney ini sudah dikenal sebagai kapal perusak anti rudal kapal. Kemampuannya telah diuji pada Desember 2003 silam saat berpartisipasi dalam Latihan Vandel menguji kemampuan untuk mencegat rudal yang bermusuhan dengan rudal kapal.

Dalam sejumlah agenda latihan perang, USS Carney belakangan selalu dilibatkan. Termasuk latihan multi-nasional dengan sejumlah negara di Timur Tengah pada November 2007 silam.

Pada tahun 2016 lalu, USS Carney diketahui ambil bagian dalam perang melawan ISIS yang dikenal Operasi Odyssey Lightning. Dalam operasi tersebut, USS Carney bertugas sebagai kapal pendamping untuk USS Wasp, di mana pesawat tempurnya melakukan serangan udara terhadap militan ISIS di Libya. USS Carney juga melepaskan tembakan dahsyat menggunakan senapannya untuk membantu pasukan darat Libya melawan ISIS di Sirte.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Kapal perusak anti-rudal ini tampaknya akan menjadi andalan bagi pasukan AS di NATO guna menghadapi kekuatan armada laut Rusia di Laut Hitam.

Bukan kali pertama USS Carney bertandang ke Laut Hitam. Pada Juli 2017 lalu, kapal ini diketahui mengikuti latihan di laut internasional Sea Breeze.

Dalam pernyataan resminya, seperti dikutip Naval Today, Angkatan Laut AS mengatakan bahwa kembalinya USS Carney ke Ukraina merupakan wujud komitmen bersama untuk membantu keamanan dan stabilitas di negara yang menjadi pintu masuk AS ke Eropa Timur tersebut.

“Sembari mencari peluang untuk meningkatkan interoperabilitas dengan mitra kami di Laut Hitam.” kata Angkatan Laut AS dalam pernyataan tersebut.

Bagaimana pun, Ukraina merupakan kawasan super penting bagi AS, utamanya Uni Eropa sehingga menjadi mutlak untuk dikuasai sepenuhnya karena berkaitan dengan kepentingan geopolitik negara-negara Uni Eropa. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 17