EkonomiFeatured

Untuk Siapa Impor Beras?

NUSANTARANEWS.CO – Kebijakan Kementrian Perdagangan yang hendak mengimpor beras saat masa panen raya, jelas tidak masuk akal. Pasalnya saat bersamaan, petani dalam negeri pada akhir Januari 2018 tengah menyambut panen raya. Bahkan menurut Menteri Pertanian Amran Sulaiman hasil panen raya kali ini akan mengalami surpul mencapai 3 juta ton.

“Pada akhir Januari panen raya akan dimulai. Potensi panen pada bulan Februari dapat mencapai 4,9 juta ton atau surplus 3 juta ton beras,” tegas Amran dikutip dari Antaranews.

Lantas, untuk siapa impor beras sebanyak 500.000 ton yang digagas Wakil Presiden Jusuf Kalla? Dalam hal ini, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito menegaskan kebijakan impor tak lain dilakukan sebagai upaya pemerintah menjaga stabilitas beras jenis khusus (premium) di dalam negeri.

Beras khusus tersebut kata Enggar diimpor dari Thailand dan Vietnam. Enggartiasto mengatakan beras khusus tersebut antara lain beras jasmine, beras ponni, beras basmati dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

“Kualitasnya masuk kategori beras khusus. Sesuai dengan Permendag Nomor 1 Tahun 2018. Yang pasti bukan masuk kategori IR64. Dia ada ponni, beras jasmine, termasuk beras lain-lain yang mempunyai tingkat kepecahan di bawah 5 persen,” ujar Enggar di Kantor Kemendag, Jakarta, 11 Januari 2018.

Itu artinya, impor beras kali ini dikhususkan untuk mencukupi kebutuhan bagi kelas atas atau konsumen dari kalangan orang-orang kaya di Indonesia. Sebab tidak mungkin, bagi kelas menengah ke bawah mampu membeli beras jenis khusus tersebut.

Pertanyaannya, berapa jumlah orang kaya di Indonesia, sehingga pemerintah darurat melakukan impor beras khusus dengan klaim menjaga stabilitas harga beras premium nasional?

Credit Suisse Research Institute dilansir dari Katadata.co.id mencatat pada tahun 2017, jumlah kalangan menengah atas (orang kaya) di Indonesia totalnya hanya 111 ribu jiwa. Dari jumlah tersebut hanya 868 orang masuk kategori super tajir (Utra Hight Net Worth/UHNW).

Sementara World Bank dalam laporannya merilis, bahwa total jumlah penduduk Indonesia sendiri mencapai 257.912.349 jiwa. Itu artinya, kalangan menengah atas atau orang kaya di Indonesia sendiri jumlahnya sangat kecil sekali tak mencapai 1 persen, dari total keseluruhan penduduk NKRI.

Baca Juga:  Mobilisasi Ekonomi Tinggi, Agung Mulyono: Dukung Pembangunan MRT di Surabaya

Benarkah beras khusus (premium) yang diimpor pemerintah dari Thailand dan Vietnam ini murni untuk kalangan menengah atas? Mengingat kecenderungan orang menengah atas tak menjadikan beras sebagai jenis makanan utama mereka sebagai konsumsi sehari-hari. Mereka cenderung menggunakan roti, gandum, dan berbagai makanan jenis junk food sebagai konsumsi harian. Sekalipun ada, prosentasenya sangat sedikit.

Lantas untuk apa dan siapa impor beras yang dilakukan pemerintah? Sedangan 99,9 persen masyarakat Indonesia sendiri mengkonsumsi makanan utamanya dari beras biasa atau jenis beras non premium. Sedang untuk kebutuhan beras non premium, petani dalam negeri sedang masa-masa berswasembada pangan dengan surplus mencapai 3 juta ton pada Februari 2018 mendatang.

Pewarta: Romandhon

Related Posts

1 of 31