Puisi

Ujung Penantian; Sajak Kepada Perempuan 16 Juli

hujan bulan mei, puisi hujan, thariqoh, menuju kiai puisi buday ad, nusantaranews, kumpulan puisi
Ilustrasi – Hujan. (Foto: Vincent DiNovici/Fine Art America)

Ujung Penantian

Jarum jam berbisik dalam detik
Langit berisyarat dengan warna

Jantungku berdetak
Menunggu engkau yang tak kunjung datang

Sajak-sajakku terputus
Sebab engkau sibuk memburu waktu

Bahkan sajakku berteriak
Memanggil namamu di ujung senja

Oleh karena itu, korbankan separuh waktumu
Untuk membalas sajakku yang menjerit rindu

MASA, 22-09-2019

 

Sajak Kepada Perempuan 16 Juli

“Aku akan datang ke rumahmu!?”
Engkau berbisik lalu tersenyum
“Jangan!” Aku mengelak
Bila kau terpaksa datang
Menemuiku di rumah
Tak ada yang dapat aku hidangkan kepadamu
Selain bunga mawar dipojok rumah yang mulai layu
dan lincak reot dengan tikar kusut berdebu
Karena lama tidak diganti setahun lalu

Semuanya akan bercerita kepadamu
Tentang rintik hujan di masa lalu,
yang masih menyisakan pilu
di sungai dan di laut
Tempat masa laluku berenang
lalu tenggelam
“Masikah kau berkeinginan
Menjumpai aku di rumah?!”

B/26, 20-09-2020

 

Mencintaimu Seperti Mengisap Sebatang Rokok

Mencintaimu seperti mengisap sebatang rokok
Menenangkan pikiran
Walau pada akhirnya menyisakan sesak di dada
Kata orang akan lebih indah
Dengan secangkir kopi
Yang setiap seduhnya selalu berwasiat
Bagaimana rasa secangkir kopi
Bila gula tak mampu lagi memberi rasa manis?
Mencintaimu seperti mengisap sebatang rokok
Setiap asapnya menyisakan pedih
Dan pada arangnya membuat luka
Serta akan lebih sakit lagi bila melepaskannya
Sebab mengisapnya adalah candu

Annuqayah, 2019

 

 

 

 

Tentang penulis:

Jeans Tollenar XII, siswa kelas akhir di MA 1 Annuqayah. Sekarang nyantri di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa. Dan termasuk penggerak Kompas (Komunitas Menulis Pasra), Pasra, dan Ikstida tempat bernaung untuk menjadi organisatoris sejati.

Related Posts

1 of 3,050