UGM Temukan Antibodi Unggas Indonesia

Ayam Kampung (Ilustrasi/Foto: Info Agribisnis)

NUSANTARANEWS.CO, Yogyakarta – Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan probiotik asli ayam kampung Indonesia, yang salah satu fungsinya sebagai antibodi bagi unggas di dalam negeri. Tanpa pengendalian penggunaan antibiotik pada unggas, akan meningkatkan kasus mikroba kebal terhadap antibiotik. Dampaknya, akan mengancam kesehatan manusia, keberlanjutan produksi pangan maupun pembangunan nasional.

“Temuan probiotik dari Fapet UGM ini akan berkontribusi nyata dalam menyehatkan masyarakat Indonesia yang menjadi konsumen daging ayam dan telur ayam,” ujar Guru Besar Bidang Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan-UGM, Sri Harimurti dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jakarta, Selasa (11/7/2017).

Ia mengatakan, probiotik bakteri asam laktat asli Indonesia yang ditemukan UGM, masing-masing atau secara bersamaan berpotensi sebagai anti diare ayam, yaitu ayam mampu bertahan terhadap infeksi Salmonella pullorum, dan sekaligus mampu sebagai pemacu pertumbuhan ayam. Total probiotik itu sendiri, lanjutnya, lebih dari 20 strain unggul, dan yang paling baik terdiri atas tiga strain, yaitu Lactobacillus murinus Ar3, Streptococcus thermophilus Kd2, dan Pediococcus acidilactici Kp6.

Harimurti mengatakan, berdasarkan berbagai penelitian salah satu alternatif pengganti antibiotik pada unggas adalah probiotik. Pemberian probiotik diharapkan berfungsi untuk menjaga kesehatan usus ayam (saluran pencernaan), di samping sebagai pemacu pertumbuhan, sehingga tersedia pangan produk unggas berupa daging dan telur yang baik, sehat, serta terbebas dari residu antibiotik.

Awal Temuan

Ia menjelaskan temuan itu bermula dari banyaknya kejadian infeksi bakteri patogen yang menyebabkan diare (diarrhea) pada peternakan ayam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang diduga penyebabnya adalah dari serotype Salmonella enterica, Escherichia coli dan Campilobacter jejuni. Diare ayam dapat dicegah bilamana ayam yang dipelihara secara intensif terkontrol baik perkandangan maupun lingkungannya dengan mengikuti aturan biosekuriti yang sudah ditetapkan.

Umumnya, jelas dia, pemicu yang dijumpai antara lain buruknya drainase di perkandangan dan sanitasi kandang, maupun pengelolaan litter atau suatu tipe alas kandang ayam yang tidak layak. Jalan pintas yang banyak dijumpai dan umum dilakukan oleh para peternak adalah mengandalkan pemberian antibiotik sebagai aditif, yang mereka targetkan sebagai pembasmi infeksi bakteri sekaligus untuk pemacu pertumbuhan ayam.

“Akibat dari penggunaan antibiotik secara terus-menerus yang terjadi di DIY pada saat itu, maka usaha untuk mengisolasi bakteri asam laktat (BAL) yang berasal dari ekskreta maupun dari saluran pencernaan ayam petelur dan ayam pedaging (broiler) tidak berhasil. Namun kemudian, Fapet UGM berhasil menemukan probiotik tersebut sebagai solusinya saat ini,” paparnya.

Dampak Antibiotik

Prof. Harimurti menuturkan, penggunaan antibiotik pada ternak unggas menimbulkan keprihatinan karena dapat menimbulkan residu antibiotik pada tubuh ternak dan produknya.  Usaha-usaha untuk mengganti antibiotik telah berhasil dilakukan di berbagai negara maju dengan menggunakan probiotik, sehingga kini telah banyak negara melarang penambahan antibiotik pada pakan unggas, dan sebagai pencegahan penyakit unggas.

“Di Indonesia, probiotik yang beredar di peternak dan digunakan untuk ayam saat ini diragukan kemurnian maupun viabilitas mikrobianya serta bias pada produktivitas yang dihasilkan, karena kemasan dicampur dengan feed aditive, ekstrak herbal dan rempah, vitamin maupun asam amino. Sementara probiotik asli dan murni untuk unggas belum diproduksi secara masal, oleh karena masih banyak dilakukan penelitian mendalam oleh banyak peneliti,” terang Harimurti.

Aplikasi Probiotik

Lebih jauh, Harimurti mengatakan probiotik temuan UGM tersebut telah berhasil diaplikasikan pada ayam broiler dan burung puyuh serta kalkun (in progress) dengan sangat memuaskan. Probiotik itu, katanya, mampu menempel di permukaan sel epitel usus, juga mampu berkoloni di usus ayam broiler, dapat menggantikan peran antibiotik (zinc-bacitracin, tetracyclin), sebagai pemacu bobot badan ayam broiler, dan memperbaiki performan pada burung puyuh dan kalkun, serta meningkatkan antibodi pada ayam broiler dan burung puyuh.

Probotik tersebut juga, tambah Harimurti, sudah berhasil diproduksi secara laboratoris dalam bentuk serbuk yang terproteksi oleh bahan penyalut, untuk mempertahankan sifat-sifatnya dan melindungi viabilitasnya terhadap lingkungan yang ekstrem, dengan menggunakan teknologi enkapsulasi.

“Ke depan, penggunaannya pada berbagai jenis unggas akan dilakukan melalui uji pilot plant sebelum dilakukan produksi secara massal pada skala industri sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas,” demikian Harimurti.

Dekan Fapet UGM Ali Agus mengatakan bidang probiotik menjadi kebutuhan penting bagi industri peternakan unggas nasional.

“Keahlian di bidang probiotik banyak dibutuhkan industri peternakan unggas karena dilarangnya antibiotik. Ini merupakan hasil karya UGM untuk masyarakat peternakan Indonesia. Semoga hasil riset ini dapat diadopsi oleh praktisi,” ungkap Ali Agus.

Probiotik-Prebiotik-Simbiotik

Sebagai informasi, istilah probiotik berasal dari bahasa Latin pro (artinya for atau in support) dan biotic (kata sifat bahasaYunani) berasal dari bios (artinya life) sehingga artinya in support of life. Dewan Komite Ahli FAO/WHO pada tahun 2002 mendiskripsikan probiotik adalah mikroba hidup dapat berupa kultur tunggal atau campuran yang disuplementasikan secara langsung (direct-fed microbials) dan jika diberikan dalam jumlah yang memadai memberikan manfaat kesehatan pada inang.

Sementara itu, prebiotik untuk ayam didefinisikan sebagai bahan pakan yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas mikrobia terseleksi yang bermanfaat untuk kesehatan usus. Prebiotik diasumsikan sebagai karbohidrat tidak tercerna, namun apabila dikonsumsi ayam dapat membantu menstimulasi tumbuhnya bakteri probiotik di saluran pecernaan. Kebanyakan karbohidrat yang tidak tercerna tersebut adalah golongan oligosakarida. Tumbuhnya mikrobiota yang seimbang di saluran pencernaan berfungsi mencegah bakteri patogen yang akan menempel di usus, dengan berkompetisi tempat untuk menempel.

Sedangkan Simbiotik adalah kombinasi probiotik dan prebiotik, apabila diberikan, maka inang akan memperoleh efek yang menguntungkan dari keduanya. (ed)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version