Mancanegara

Turki, Rusia dan Iran Gelar Pertemuan Trilateral Bahas Konflik Suriah

NUSANTARANEWS.CO, Ankara – Turki akan menjadi tuan rumah pertemuan trilateral Turki, Rusia dan Iran guna membahas persoalan perang Suriah yang sudah berlangsung tujuh tahun.

Perang saudara di Suriah sejatinya sudah berlangsung sejak 2011 menyusul dimulainya kerusuhan yang terinspirasi dari Arab Spring yang digaungkan Amerika Serikat pada tahun 2010 di masa kepemimpinan Barack Obama.

Musim semi Arab adalah program Amerika Serikat yang telah menimbulkan gelombang protes secara serempak di Afrika dan Timteng. Gerakan ini dimulai sejak 18 Desember 2010 dan berhasil memicu terjadinya revoluasi di Tunisia, Mesir, perang sudara di Libya, pemberontakan sipil di Bahrain, Suriah, Yaman, protes besar di Aljazair, Irak, Yordania, Maroko, Oman, Kuwait, Lebanon, Mauritania, Arab Saudi, Sudan dan Sahara Barat, bahkan hingga kersusuhan di Israel. Kesemuanya terinspirasi dari gerakan musim semi Arab (Arab Spring).

Baca juga: AS dan Turki Sedang Mem-Balkanisasi Suriah Dengan Kekuatan Militer

Kantor Pers Kepresidenan Turki menyebutkan, pertemuan trilateral yang digagas Recep Tayyip Erdogan akan berlangsung pada 4 April 2018 dan dihadiri Presiden Vladimir Putin serta Presiden Hassan Rouhani.

Baca Juga:  Keluarnya Zaluzhny dari Jabatannya Bisa Menjadi Ancaman Bagi Zelensky

Selain perkembangan regional dan perang Suriah yang sedang berlangsung, para pemimpin Turki dan Iran juga diperkirakan akan mengadakan pembicaraan untuk membahas hubungan bilateral.

Turki, Rusia dan Iran adalah tiga negara yang menengahi konflik bersenjata di Suriah sejak Desember 2016. Waktu itu ketiga negara melakukan pertemuan dan melakukan pembicaraan di Astana, ibukota Kazakhstan, berdiskusi untuk menemukan solusi politik terhadap konflik Suriah. Diskusi ini mendapat dukungan PBB dari Jenewa.

Baca juga: Perang Tak Kunjung Berhenti, ‘Balkanisasi’ Suriah Segera Dilakukan

Pada hari ini, Selasa (3/4/2018), Ankara dilaporkan menjadi tuan rumah pertemuan ke-7 Dewan Kerja Sama Tingkat Tinggi Turki-Rusia yang dihadiri delegasi dari Ankara dan Moskow. Selama pertemuan, para pemimpin juga akan bertukar pandangan tentang isu-isu regional dan internasional serta hubungan bilateral.

Pada Februari lalu, Turki menggelar operasi militer di perbatasan Suriah yang menargetkan militan Kurdi yang dituduh Ankara sebagai kelompok teroris. Invasi militer Turki ini membuat situasi Suriah semakin tak kondusif. Operasi militer bersandi Operation Olive Branch atau Operasi Ranting Zaitun ini rencananya akan berakhir pada pertengahan Mei mendatang.

Baca Juga:  Militer Israel Kawal Aksi Pemukim Zionis Bakar Pemukiman Paletina di Tepi Barat

Baca juga: AS Mulai Membangun Instalasi Militer di Al Omar, Daerah Kaya Minyak di Suriah

Selain itu, Operasi Ranting Zaitun militer Turki di perbatasan Suriah ini juga sekaligus menandai 66 tahun Turki bergabung dengan organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dan seperti diketahui, NATO merupakan sekutu Amerika Serikat dalam perang di Timur Tengah, khususnya di Irak dan Suriah. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 796