Ekonomi

Tumbal Revolusi Industri Keempat, Ini Daftar Perusahaan Dunia yang Tutup

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Revolusi industri keempat, tengah menggejala diberbagai belahan dunia. Inilah periode globalisasi gelombang ketiga bergulir. Satu hal pasti yang dibawa dari sebuah revolusi yaitu inovasi. Inovasi yang lahir dari setiap revolusi dapat menimbulkan dua efek yang berlawanan, yaitu antara Capitalisation Effect atau Destruction Effect.

Menurut peneliti Kanopi FEB UI, Safira Majory menjelaskan Capitalisation Effect terjadi jika teknologi yang dihasilkan mampu meningkatkan produktivitas para pekerja dan memungkinkan terbukanya pekerjaan baru. Sedangkan, Destruction Effect terjadi jika terobosan teknologi justru menggantikan pekerjaan manusia, menyebabkan ledakan pengangguran dan menghancurkan sistem pekerjaan yang ada.

Sebagai ilustrasi, kemunculan Instagram yang mampu menarik 2 juta pelanggan hanya dalam waktu 5 bulan setelah rilis tidak menyisakan waktu bagi Kodak untuk melakukan inovasi, yang akhirnya membuat Kodak gulung tikar. Begitu juga dengan perkembangan mobil tanpa pengemudi yang hanya membutuhkan waktu 6 tahun, sejak konsep pertama muncul pada tahun 2009, untuk dijual ke publik. Hal tersebut secara langsung mengancam pekerjaan 3,5 juta pengemudi truk dan pekerja transportasi lainnya.

Situasi ini pula yang kemudaian mendorong beberapa perusahaan di berbagai belahan dunia, gulung tikar. Diantaranya seperti Payless Shoe Source menutup 400 toko di AS dan Puerto Rico dari total 4400 di 30 negara.

Baca Juga:  Pemkab Pamekasan Gelar Gebyar Bazar Ramadhan Sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat

Kemudian Abercrombie & Fitch, American Apparel yang menutup 110 toko, produsen sepatu sandal Crocs menutup 160 toko, Nails Game Stop menutup hingga 225 toko, Guess menutup 60 toko, Gymboree menutup 450 toko,

Selanjutnya, KMart menutup 42 tokonya di AS, Macy’s menututup 48 tokonya di AS, Michael Kors menutup 125 toko, Kids R Us yang bangkrut, Walmart menutup 154 toko.

Baca Juga:
Forum Ekonomi Dunia Paksa Perubahan Global
Mengenal Revolusi Industri Keempat
Revolusi Industri Keempat Gilas Ragam Profesi Pekerjaan
Diprediksi Akan Banyak Pekerjaan Hilang Akibat Industry 4.0

Di Amerika Serikat, penjualan ritel melemah pada bulan Februari-Maret 2017 lalu yang diakibatkan rendahnya harga BBM dan turunnya laba sektor otomotif. Banyak jaringan ritel AS menutup sebagian tokonya dan diikuti seluruh negara-negara lainnya termasuk Indonesia.

Hal ini disinyalir akibat perkembangan teknologi pesat yang sebagai tanda bergulirnya revolusi industri keempat yang mampu merubah ekonomi dan budaya masyarakat dunia. Majalah Forbes memberi pemahaman tentang ‘Digital Transformation’ yang ditulis Daniel Newman, memaparkan beberapa hal canggih yang harus dilakukan retail dalam bertransformasi. Hal ini semata-mata untuk menggaet masyarakat agar merasakan suasana baru jika berpergian ke department store.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

Konsumen masa kini lebih efisien, super sibuk, dan sangat menyukai apa yang instan. Apa yang mereka inginkan sekarang, harus terwujud sekarang juga. Termasuk ketika membeli sebuah barang dari meja kerjanya atau dari rumah melalui handphone atau laptopnya.

Maunya, dengan membayar melalui beberapa payment system atau gerbang pembayaran non tunai, tak lama barang tersebut datang sendiri. Retailer harus bisa menciptakan demand yang tinggi atau ketertarikan yang tinggi untuk masyarakat agar mau merasakan pengalaman baru berbelanja di gerai ritelnya.

Para pengelola harus menjual experience atau pengalaman ketika berbelanja sesuatu yang baru. “Kita tak bisa menutup digitalisasi, walaupun itu adalah sebuah ritel. Meskipun hal kecil yang ada di ritel. Kalau tidak semua gerai akan tutup dan terancam,” jelas Daniel Newman.

Gambarannya begini, ketika seseorang pergi ke mal atau department store di masa depan (atau mungkin dalam waktu dekat) maka dia hanya berbekal sebuah ponsel pintar. Tak perlu luas gerai yang besar, namun hanya perlu layar digital dan gudang untuk menyimpan secara khusus barangnya.

Baca Juga:  Layak Dikaji Ulang, Kenaikan HPP GKP Masih Menjepit Petani di Jawa Timur

Inovasi pertama yakni dengan menggunakan personalized touch-screen displays. Ketika konsumen masuk sebuah gerai ritel, ia akan menemukan layar sentuh canggih yang memberikan gambaran secara rinci dan kepuasan untuk memilih bentuk dan ragam barang yang diinginkannya.

Kemudian, setelah konsumen memilih di layar digital tersebut, maka Bim Salabim! Barang langsung bisa dicoba langsung di samping Layar Canggih tersebut.

Inovasi kedua lainnya, yakni dengan menggunakan smart digital price tags. Di mana barang yang telah dicoba konsumen tadi telah menggunakan label harga digital yang tinggal di-scan ke ponsel si konsumen untuk proses pembayaran.

Proses pembayaranpun tinggal menggunakan payment system atau sistem pembayaran langsung yang terkoneksi dengan ponsel dan rekening si konsumen. Masukkan PIN (Personal Identification Number) untuk transaksi untuk kemudian menunjukkannya ke kasir untuk ambil barangnya. Semudah itu, namun pengalaman menarik yang dirasakan konsumen akan membawanya kembali datang ke ritel.

Pewarta: Richard Andika
Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3