Lintas Nusa

Tulungagung Gelar Dialog Bahaya Komunis di Indonesia

NUSANTARANEWS.CO, Tulungagung – Aliansi Muslim Tulungagung Bersatu (AMTB) pada Rabu malam, 27 September 2017 menggelar dialog tabayyun kebangsaan bertajuk Bahaya Komunis di Indonesia. Tabayun kebangsaan ini menghadirkan beberapa narasumber antara Letkol Czi Agung Isa Rahkman, Prof. Dr. Aminudin Kasdi (Guru Besar Sejarah UNESA), KH. M. Ibrahim Rais (Dewan Penasehat Gerakan Bela Negara), KH. Khamim Badruzaman (Tokoh Nahdlatul Ulama) dan KH. Zuhdi (Tokoh Pesantren Magetan/Saksi Korban 48).

Ketua Aliansi Muslim Tuluangung Bersatu Imam Mawardi menjelaskan bahwa komunis saat ini sudah bergerak dan melakukan kegiatan tanpa mempunyai organisasi. Tetapi, kata dia, mereka mempunyai orang-orang yang dapat digerakkan untuk membangkitkan kembali paham komunis melalui partai politik, LSM dan ormas.

KH. Khamim Badruzaman selaku tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Tulungagung mengungkapkan bahwa upaya NU dalam menangkal terbentuknya ideologi komunis bangkit kembali diantaranya dengan mengingat sejarah masa lalu.

Misalnya memutar ulang film pemberontakan G30S/PKI. Sehingga lanjut dia, masyarakat dan generasi muda mengerti tentang sejarah pemberontakan PKI. “Apa yang disampaikan di film ini adalah benar, memang kita sudah diputarbalikkan dengan fakta yang ada,” ungkap dia.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Bimtek Pengelolaan Keuangan Daerah

“Tokoh-tokoh PKI pintar memutarbalikkan fakta. Orang-orang tokoh PKI mempunyai nama lebih dari satu. Mereka sering berbohong dan selalu berusaha membohongi sejarah,” sambungnya.

Sementara itu, Dandim Tulungagung Letkol Czi Agung Isa Rahkman mengatakan tantangan besar masyarakat dalam menghadapi komunis adalah kemiskinan. “Apabila sudah miskin maka ideologi komunis mudah masuk. Dalam sejarahnya, PKI tidak mempunyai prikemanusiaan mereka membunuh orang dengan seenaknya,” kata dia.

Untuk itu, lanjut dia, pemutaran film G30S/PKI sangat perlu. “Kita semua sudah sepakat sejak lahirnya NKRI berdasarkan Pancasila tidak ada ideologi lain selain Pancasila,” sambungnya.

Mengingatkan kembali sejarah kelam pemberontakan G30S/PKI kata dia merupakan upaya agar tetap selalu waspada terhadap munculnya kembali kelompok PKI. “Sehingga tidak akan terulang kembali,” pungkasnya. (Md Dim)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 4