Tuan
ini bukan soal jumlah waktu yang habis untuk menunggu
di bangku panjang bercat coklat tua
tempat segala macam angan menyiksa kepala, Tuan
ini soal kurun waktu sabarku. aku sabar menunggu surat-surat Tuan yang tak datang-datang. semacam ingkar yang kelam
malam Senin ada kabar:
100 hari lalu, seorang tukang pos tersesat jalan di Pagesangan.
surat-suratnya habis dibaca orang. dipakai bungkus nasi dan terasi
aku dapat bukti, Tuan tidak jujur pada istri
janji yang Tuan ucap pada waktu makan malam tempo dulu –kalian tak melihat aku nempel di belakang pintu– hanya omong-kosong belaka. Tuan bikin senang istri dengan cara-cara yang tidak diajarkan nabi
atau begini saja, Tuan
aku bersedia membunuh Tuan, tanpa harus Tuan kirimi aku surat terlebih dahulu
2014
Kupu-Kupu Api
kupu-kupu api terbang rendah di Mataram ini
sayapnya yang seukuran daun pintu, bisa bikin hangus se-otak kenangan, dari jarak 100 kaki
pagi-pagi, setelah subuh tidak tampak lagi dalam gelas –bisa jadi padanya telah dikenakan sayap biru laut, yang dengan sekali kepakan saja, ia sudah sampai ke dalam firman di kitab suci– aku dan mereka, berkumpul di sebuah ruangan paling kecil di pojok belakang, 3 x 4 meter, dengan 1 jendela, bau, tidak terawat, debu lantai 2 mili tebalnya, tempat dilemparkannya segala macam penyakit dari 41 ruangan lainnya
pada dinding paling rapuh, kami tulis nama diri kami; kami lukis wajah diri kami; dengan warna kuning, merah, dan coklat
seperti lukisan Dali, ada bentuk lain yang tampak dari lukisan wajah kami, yang memang sengaja kami lukis berdekatan itu. ya, kupu-kupu merah. kupu-kupu api raksasa yang selama ini terbang rendah di Mataram ini
2014
Gustu Sasih lahir tahun 1988 di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Sedang menyiapkan 2 kumpulan puisi, Kenangan yang Tak Lengkap dan Kandang Anjing.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email:
[email protected] atau [email protected].
Baca :
Esai: Uang, Foto Pahlawan dan Senyum Sang Dewan
Cerpen: Bangkai Pesawat Yang Menimpa Kami – Cerpen Ferry Fansuri