EkonomiPolitik

Trump Cabut Kebijakan Obama Soal Emisi, Cina Marah dan Uni Eropa Geram

Komisaris Iklim Eropa, Miguel Arias Cante. Foto: Dok. ec.europa.eu
Komisaris Iklim Eropa, Miguel Arias Cante. Foto: Dok. ec.europa.eu

NUSANTARANEWS.CO – Cina dan Uni Eropa menunjukkan kepemimpinan bersama tentang perubahan iklim. Komitmen mengurangi emisi karbon memang menjadi kesepakatan bersama di Traktat Iklim Paris 2015 silam.

Traktat Iklim tersebut memuat kesepakatan dan komitmen sedikitnya 200 negara untuk membatasai pemanasan global hingga mencapai di bawah  2 derajat Celsius (3,6 derajat Fahrenheit).

Barack Obama, sebelum digantikan Donald Trump telah membuat Rencana Clean Power. Program ini diketahui bertujuan mengurangi emisi karbon. Selain itu, program dan kebijakan Clean Power telah menjadi komponen kunci dari perjanjian bersama yang dibuat AS dan Cina pada 2014 silam.

Sebab, Cina dan AS terhitung sebagai dua negara yang menyumbang gas rumah kaca terbesar di dunia (Cina 24% dan AS 12 %). Sementara Uni Eropa menymbang 9% gas emisi karbon.

Seperti dilaporkan, Trump, Selasa (28/3) menandatangani perintah untuk membatalkan peraturan perubahan iklim yang telah disusun Obama. Dalam kampanye juga, seperti dilaporkan Reuters, Trump berjanji tetap mendukung industri batubara. Sikap Trump ini menimbulkan kebingungan Cina dan Uni Eropa terkait komitmen Presiden AS ke-45 itu mendukung kesepakatan internasional untuk memerangi pemanasan global.

Baca Juga:  Diserang Civitas Akademisi Lewat Petisi, Golkar Sebut Presiden Jokowi Terbuka Kritik

“Kami tidak akan memilih jalan sesat seperti yang diambil Amerika Serikar sekarang ini. Mereka terlah mengingkari komitmen sebelumnya,” cetus Komisaris Iklim Eropa, Miguel Arias Cante di Beijing, Kamis (29/3/2017).

Cante menyatakan keprihatinannya dengan posisi AS. Ia menilai bahwa kebijakan Trump akan membayakan proses negosiasi untuk melaksanakan perjanjian Paris yang akan selesai pada tahun 2018 mendatang. Cante lalu mendesak agar sikap AS masuk sebagai sebuah pelanggaran.

“Ada risiko jelas bahwa Amerika Serikat akan melampaui keseimbangan soal kesepakatan Paris. Kami mungkin memiliki beberapa amsalah, dan jika Uni Eropa dan Cina dapat menegaskan kembali komitmen mereka untuk menyimpulkan proses ini, maka akan mengirimkan sinyal politik yang kuat (menekan AS, red),” kata penasehat iklim senior Greenpeace, Li Shuo.

Terakhir, Cante bahkan tak segan menuding Trump tak ada niat baik untuk menghormati kesepakatan Paris untuk memenuhi komitmen mengurangi pemanasan global.

Penulis: Eriec Dieda
Editor: Achmad Sulaiman

Related Posts

1 of 36