NUSANTARANEWS.CO – Presiden Donald Trump menegaskan kembali pembicaraan kerasnya pada forum perdagangan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik, dan memperingatkan bahwa dia tidak akan membiarkan “Amerika Serikat dapat dimanfaatkan lagi.”
Trump menuntut perdagangan “secara adil dan setara,” dan kembali ke retorika kampanyenya, berjanji untuk menempatkan Amerika Serikat terlebih dahulu dalam kesepakatan-kesepakatan global.
“Saya selalu akan menempatkan Amerika terlebih dahulu, dengan cara yang sama seperti yang saya harapkan dari Anda di ruangan ini untuk menempatkan negara Anda terlebih dahulu.”
Trump juga memperingatkan bahwa AS tidak akan lagi dapat menoleransi apa yang disebutnya penyalahgunaan perdagangan – di mana AS tidak akan lagi masuk ke kesepakatan yang akan mengekang tangan AS.
Sementara itu, sesaat sebelum pidato Trump, sekretaris pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengumumkan bahwa Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak jadi mengadakan pertemuan sela dalam forum KTT APEC.
Tapi Sanders menyatakan bahwa kedua pemimpin tersebut akan berada di tempat yang sama, “Apakah mereka akan bertemu satu sama lain dan menyapa? Tentu mungkin dan mungkin,” katanya. “Tapi dalam hal pertemuan formal yang terjadwal, tidak ada satu pun di jadwal,” tambahnya.
Sebaliknya Kremlin mengatakan bahwa mungkin masih ada pertemuan sela. Dmitri Peskov, sekretaris pers Presiden Rusia Vladimir Putin, mengatakan bahwa pembicaraan sedang berlangsung, dan menambahkan bahwa, “informasi yang bertentangan datang dari pihak Amerika.”
“Mereka akan berkomunikasi di sela-sela satu atau lain cara,” kata Peskov kepada wartawan, menurut layanan berita Interfax.
Hubungan antara Trump dan Putin sangat kompleks terutama terkait dengan kesimpulan dari badan intelijennya bahwa, Rusia berusaha untuk ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016. (Banyu)
Trump telah memicu kesan bahwa dia akan bertemu dengan Putin dalam komentar kepada wartawan sesaat setelah meninggalkan Washington untuk perjalanan maratonnya ke Asia, meskipun pejabat pemerintah lainnya telah menolak kemungkinan pertemuan semacam itu.
Pada hari Kamis, Sekretaris Negara Rex Tillerson mengatakan, “Jika kedua pemimpin akan bertemu, adakah sesuatu yang cukup substantif untuk dibicarakan dalam sebuah pertemuan bilateral yang formal.” (Banyu)