Budaya / SeniKhazanahPeristiwa

Tradisi Makmeugang Di Nanggroe Seramoe Mekkah-Aceh

Tradisi Makmeugang di Nanggroe Seramoe Mekkah-Aceh
Tradisi Makmeugang di Nanggroe Seramoe Mekkah-Aceh Foto. Suasana Makmeugang di Serambi Mekkah, Provinsi Aceh. (Foto. Cek  Bas, Pasar Trienggadeng, Kamis 23/04).

NUSANTARANEWS.CO, Aceh – Tradisi Makmeugang di Nanggroe Seramoe Mekkah-Aceh. Setiap memasuki bulan Suci Ramadhan masyarakat Aceh selalu melaksanakan tradisi “Makmeugang” yang sudah diwariskan secara turun temurun. Tradisi tersebut biasanya dilaksanakan oleh masyarakat Aceh dua hari menjelang memasuki bulan puasa, atau menjelang hari raya tiba, baik hari raya Idhul Fitri maupun hari raya Idhul Adha.

Tradisi Makmeugang memasuki bulan suci Ramadhan disebut Makmeugang Puasa. Tradisi dua hari menjelang puasa terasa lebih istimewa bagi masyarakat Aceh dan juga umat Islam seluruh dunia yang memang sangat memuliakan bulan Suci Ramadhan.

Di tengah pandemi Corona saat ini, masyarakat Aceh pada mulanya was-was dan khawatir apakah bisa melaksanakan tradisi Meugang seperti biasanya? Akhirnya masayarakat pun bisa bernafas lega setelah Pemerintah Aceh akhirnya mengizinkan pelaksanaan tradisi makmeugang seperti biasanya.

Keputusan pemerintah provinsi dan pemerintah daerah Aceh menyetujui dilaksanakannya tradisi Makmeugang seperti biasanya dengan pertimbangan tetap mengikuti aturan dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka pencegahan penyebaran Corona di tengah masyarakat.

Ketika Makmeugang tiba, setiap orang atau keluarga di Aceh pun menyiapkan dananya untuk membeli daging dan sembako sebagai persiapan memasuki puasa. Kegiatan dan suasana yang paling menonjol di hari Meugang adalah pemotongan hewan seperti kerbau, sapi dan hewan lainnya sesuai kesukaan masing-masing masyarakat Aceh.

Baca Juga:  FKMPK Nunukan Gelar Mubes Ke-V

Momen hari Meugang ini tidak disia-siakan oleh masyarakat Aceh terutama oleh para pedagang untuk mengais rezeki, khususnya bagi pedagang hewan untuk menjual daging kerbau atau sapi guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan melaksanakan Meugang. Begitu juga bagi para pedagang sembako dan lainnya yang siap menyediakan kebutuhan masyarakat menjelang ramadhan.

Penyembelihan hewan terjadi di seluruh pelosok Aceh, seperti halnya pada hari ini ketika seluruh Aceh melaksanakan meugang puasa. Meski begitu, harga sapi tetap mengikuti mekanisme pasar dan dilkontrol oleh pemerintah daerah.

Kegiatan pemotongan hewan dilakukan di malam hari atau menjelang Subuh. Sehingga setelah shalat subuh masyarakat sudah mulai datang dan memadati pasar untuk membeli daging Meugang.

Ada Stigma di tengah masyarakat Aceh bahwa orang yang membeli daging di waktu masih pagi-pagi lebih terhormat, dibandingkan dengan orang yang membeli daging di waktu menjelang zuhur. Karena orang telat membeli “di anggap pelit dan cari murah” di samping mengurangi kualitas, juga memberi rasa bangga bagi orang di rumah yang sedang menunggu untuk di masak.

Baca Juga:  Tim SAR Temukan Titik Bangkai Pesawat Smart Aviation Yang Hilang Kontak di Nunukan

“Rasa bangga bagi sebuah keluarga apabila bisa memasak daging agak pagi dan kemudian bisa membagikan lebih dulu dari pada orang lain kepada saudara atau tetangga yang membutuhkannya”

Tradisi tahunan ini adalah momentum bersedekah bagi masyarakat Aceh yang kaya atau berkecukupan untuk membantu sesama, khususnya bagi kaum muslimin lainnya yang membutuhkan seperti yatim piatu, fakir miskin serta kaum dhuafa sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW.

“Sehingga pada “Hari Meugang” para janda beserta anak yatim piatu, fakir miskin serta dhuafa mendapatkan tempat istimewa dalam kehidupan masyarakat Aceh”

Tradisi Makmeugang ini bagi sebagian masyarakat Aceh sangat istimewa dan juga sensitif. Khususnya bagi seorang pengantin baru laki-laki yang baru menikah. Meugang merupakan momentum sakral sekaligus mewakili harga diri seorang menantu pria yang baru menikah dalam sebuah keluarga di Aceh.

Menantu yang baru saja menikah, terutama pada acara Meugang pertama kalinya, umempunyai kewajiban secara adat istiadat untuk membawa pulang paket daging dan sembako ke rumah mertuanya.

Baca Juga:  Ar-Raudah sebagai Mercusuar TB Simatupang

“Bila seorang pengantin pria sekaligus menantu melewatkan momen dan paket megang pertama tersebut, maka akan menjadi “malu hati” dan penyesalan sepanjang hidupnya sebagai seorang laki-laki berdarah Aceh .

Begitupun bagi seorang anak yang ada di perantauan, akan selalu merindukan suasana Meugang bersama keluarga di kampung halamannya. Tetapi biasanya bagi para perantau, mereka akan mengirimkan uang saja untuk menyambut Meugang dan Bulan Puasa kepada keluarganya. Mereka baru akan pulang dan menikmati susana Meugang ketika menjelang hari raya atau lebaran tiba. Di Indonesia dikenal dengan Tradisi Mudik atau Pulang kampung.

Mudah- mudahan dengan memasuki bulan Suci Ramadhan tahun ini mulai besok hari masyarakat kita dijauhkan dari mara bahaya virus Corona sehingga masyarakat  dan bangsa kita bisa hidup normal kembali seperti biasanya.(ed. Karen Alya)

Penulis : Rajapante. (Pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Provinsi Aceh).

Related Posts

1 of 3,049