Berita UtamaLintas NusaTerbaru

Tiga Tahun Dipimpin Khofifah-Emil, Jatim Panen Investasi Ratusan Triliun

Tiga tahun dipimpin Khofifah-Emil, Jatim panen investasi ratusan triliun
Tiga tahun dipimpin Khofifah-Emil, Jatim panen investasi ratusan triliun

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Tiga tahun dipimpin Khofifah-Emil, Jatim panen investasi ratusan triliun.Pemerintah Provinsi Jawa Timur menerima penghargaan terbaik ke-3 dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai provinsi yang memberikan kontribusi positif terhadap kinerja investasi nasional.

Dari realisasi investasi nasional tahun 2021 sebesar Rp901,02 triliun, Provinsi Jawa Barat menyumbang Rp 136,1 triliun, DKI Jakarta Rp 103,3 triliun, Jawa Timur Rp 79,5 triliun, Banten Rp 58 triliun , dan Riau Rp 53 triliun.

Sementara itu, secara terpisah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan komitmennya untuk terus menjaga iklim investasi di Jatim selalu kondusif. Dukungan itu terwujud dalam sektor infrastruktur, kemudahan dan kepastian berusaha, ketersedian sumber daya manusia (SDM), dan lainnya.

“Investasi merupakan penopang utama, penggerak ekonomi. Karenanya, Jatim berkomitmen memberikan rasa aman kepada semua investor dalam menjalankan usahanya. Dengan begitu, kedepan nilai investasinya akan terus meningkat,” ungkap Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Jum’at (18/2).

Baca Juga:  Pleno Kabupaten Nunukan: Ini Hasil Perolehan Suara Pemilu 2024 Untuk Caleg Provinsi Kaltara

Khofifah menyebut kondusifitas iklim investasi di Jatim merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar. Secara nasional, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jatim memberikan sumbangan 14,48% terhadap perekonomian nasional. Khusus untuk pulau Jawa, Jatim adalah penyumbang terbesar kedua dengan kontribusi sebesar 25,01%.

Khofifah memaparkan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, sejak 2019 arus investasi yang masuk Jatim terus mengalami peningkatan yang cukup besar. Jika di tahun 2018, jumlah investasi yang masuk ke Jatim hanya sebesar Rp51,2 triliun, maka di tahun 2019, investasi Jatim berhasil tumbuh 14,2% menyentuh angka Rp 58,45 triliun.

Tren peningkatan terus berlanjut di tahun 2020. Meski dalam situasi Pandemi Covid-19, kata dia, jumlah investasi yang masuk naik pesat hingga angka Rp78,3 triliun atau tumbuh 33,8 persen (yoy). Tahun 2021, realisasi investasi Jatim berhasil menembus angka Rp79,5 triliun atau tumbuh 1,5 persen (yoy).

“Alhamdulillah, tiga tahun terakhir, sejak 2019 realisasi investasi di Jawa Timur berhasil tumbuh hingga 14,2 persen. Padahal dua tahun sebelumnya, realisasi investasi di Jatim mengalami kontraksi,” tuturnya.

Baca Juga:  Juara Pileg 2024, PKB Bidik 60 Persen Menang Pilkada Serentak di Jawa Timur

Jawa Timur, lanjut Khofifah, ternyata cukup menarik di mata investor asing. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi Penanaman Modal Asing (PMA) yang terus meningkat. Pada tahun 2019, proporsi PMA terhadap total investasi di Jatim sebesar 22,2%. Setahun kemudian naik menjadi 28,9%, dan pada tahun 2021 proporsi PMA naik lagi menyentuh angka 34%. Gubernur Khofifah menyatakan bahwa peningkatan capital inflow ke Jawa Timur tersebut sekaligus mempertegas bahwa fundamental ekonomi Jatim dipandang cukup kuat.

Dijelaskan Khofifah, pada tahun 2021, realisasi investasi di Jatim senilai Rp79,5 Triliun yang terdiri dari PMA Rp27 Triliun dan PMDN Rp52,5 Triliun, tersebar di beberapa lokasi utama di Jatim. Kota Surabaya menjadi penyumbang terbesar (kontribusi 37%) dengan capaian Rp29,2 Triliun. Disusul Kab. Gresik menyumbang 21% dengan nilai investasi Rp16,8 Triliun, lalu Kab. Sidoarjo Rp9,6 Triliun (12%), Kab. Pasuruan Rp7,2 Triliun (9%), dan Kab. Tuban Rp2,4 Triliun (3%).

Sedangkan dari sisi sektor usaha, realisasi investasi Jatim tahun 2021 didominasi oleh sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran dengan nilai investasi Rp19,5 Triliun setara dengan 24% dari total investasi. Disusul oleh sektor Industri Makanan yang memberikan kontribusi 15% dengan capaian Rp11,6 Triliun, kemudian sektor Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi sebesar Rp10,8 Triliun (13%), sektor Pertambangan Rp7,6 Triliun (10%) dan sektor Industri Logam Dasar, Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya senilai Rp5,6 Triliun (7%). (setya)

Related Posts

No Content Available