Politik

Tidak Bisa Hadiri Pidato Kebangsaan Prabowo, Marinir (Purn) Suharto: Demi Marwah Kebangsaan

Tidak Bisa Hadiri Pidato Kebangsaan Prabowo, Marinir (Purn) Suharto: Demi Marwah Kebangsaan
Letjend Marinir (Purn) Suharto. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Calon Presiden (Capres) nomor urut 02 Prabow Subianto dijadwalkan akan menyampaikan pidato kebangsaan di Plenary Hall, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Senin (14/1/2019) malam mulai pukul 19:00. Tema yang akan diusung Prabowo ialah “Indonesia Menang”.

Namun, dalam kesempatan yang baik itu, Sahabat Prabowo, Marinir (Purn) Suharto meminta maaf lantaran tidak dapat hadir mendengar penyampaian pidato. Alasan Suharto tidak bisa hadir karena pihaknya ada pertemuan dengan Kiai Abu Bakar bersama yang lain dalam rangka menjaga marwah kebangsaan Indonesia.

“Mohon maaf saya diak bisa hadir untuk mendengar pidato kebangsaan (Prabowo) karena ada pertemuan dengan kiai Abu Bakar dan teman-teman juga dalam rangka menjaga Marwah kebangsaan Indonesia,” tulis Suharto dalam pesan singkatnya, Senin (14/1).

“Sahabatku, saya hanya ingin menitipkan apa yang telah diamanahkan oleh para founding father, bahwa negara kita adalah Nation State bukan Corporate Estate. Kita bisa mencontoh negara-negara bangsa yang lain seperti Jepang, Korea, India, bahkan RRC sekalipun. Dimana pejabatnya dari RT sampai Presiden atau Perdana Menteri adalah penduduk asli,” lanjutnya.

Baca Juga:  Relawan Lintas Profesi Se-Tapal Kuda Deklarasi Dukung Khofifah di Pilgub Jatim

Diakuinya, hal tersebut ia nyatakan bukan karena ia diskriminasi, tetapi hal itu sudah menjadi qadar dan iradat dari kehidupan berbangsa dan bernegara. “Inilah Marwah kedaulatan. Kita tetap merangkum suku bangsa lain dlm wadah Indonesia yang pluralistik,” jelasnya.

Kendati demikian, kata Suharto, kita tidak boleh keluar dari kaidah bahwa negara kita adalah Negara Bangsa. Yang kita jaga adalah “Kedaulatan”. Negara tanpa Kedaulatan bukanlah Negara.

“Titipan saya untuk pidato anda “Pidato Kebangsaan” adalah Kedaulatan. Inilah yang kita perjuangkan saat kita bersama sama di medan perjuangan TimTim (Timur Timor), sama sama di Seskoad the 86/87, bahkan sama sama di tahun ’98, saat anda Pangkostrad, Muchdi (teman satu ruangan di Seskoad) sebagai Danjen Kopassus, saya sebagai Dan Kormar, perjuangan kita tidak lain adalah menjaga Kedaulatan,” pesan Suharto.

“Bahkan saat Anda di issukan Kudeta, sangat menggelikan bagi kita. Tanggal 14 Mei 1998 saat semua Panglima dan pimpinan ABRI ke Malang dalam rangka PPRC, kita bertiga di tinggal di Jakarta. Jadi kalaulah betul ada ke inginkan Kudeta, ibarat kata kita semudah membalik tangan. Maaf kekuatan mana yang mampu melawan Kostrad, Kormar dan Kopassus. Itu tidak kita lakukan karena satu hal ” Kedaulatan”, karena kecintaan kita kepada Republik ini. Lebih dari itu, karena kita tidak ingin berkhianat pada Presiden kita yang saat itu masih berada di Mesir,” sambung Suharto.

Baca Juga:  Pemdes Pragaan Daya Membuat Terobosan Baru: Pengurusan KTP dan KK Kini Bisa Dilakukan di Balai Desa

Di akir ia menegaskan bahwa yang Suharto sampaika sekadar menitip salam untuk sahabat seperjuangannya, yakni Prabowo.

“Berjuang untuk Negara kita, Bangsa kita, anak cucu kita dan Kedaulatan kita. Bismillah, Bangsa bersama anda,” tandas Suharto.

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,161