Berita UtamaPeristiwa

Tewasnya Santoso Hadiah dari TNI untuk Kapolri Baru

Batalyon Raider Kostrad TNI AD/Foto: Istimewa
Tim Bravo Raider Kostrad TNI AD/Foto: Istimewa

NUSANTARANEWS.CO – Pelumpuhan tokoh teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah patut diapresiasi meski penumpasan kelompok teroris yang hanya sebanyak 30 orang ini cukup lama, yakni berlangsung selama delapan bulan dengan melibatkan 3.000 personil. Kata Ketua Presidium Ind Police Watch, Neta S Pane.

Menurut dia, tewasnya Santoso adalah hadiah dari TNI untuk Kapolri baru, Tito Karnavian. Sebab, Santoso tewas dalam operasi yang dilakukan TNI yang berujung pada aksi tembak menembak. “Dari kasus Santoso terlihat adanya solidaritas antara TNI dan Polri dalam melakukan kerjasama di Operasi Tinombala,” ucapnya.

Baca: Santoso Tewas Ditembak Tim 29 Bravo, Raider Kostrad

Dengan tewasnya Santoso, Indo Police Watch meminta Polri tetap perlu bekerja keras mengantisipasi perlawanan para teroris. “Sebab saat ini ada dua tokoh yang berbahaya, yakni Ali Kolara yang berpotensi menggantikan posisi Santoso di Poso dan Arief Maroef tokoh yang menyembunyikan Noordin M Top, yang sekarang sudah bebas dan berada di Jogja. Keduanya perlu diwaspadai Polri,” jelas Neta.

Baca Juga:  Tentang Korupsi Dana Hibah BUMN oleh Pengurus PWI, Ini Kronologi Lengkapnya

Ia menuturkan, tewasnya Santoso bukan berarti aksi terorisme di Indonesia akan berakhir. Yang dikhawatirkan justru adanya serangan balasan dari antek-antek dan jaringan Santoso. Di Poso sendiri Santoso sudah membangun kader, salah satunya ialah Ali Kolara. Kelompok Santoso sendiri merupakan satu dari 9 kelompok radikal yang masih tumbuh subur di Indonesia, yang sangat berpotensi melahirkan para teroris.

Baca juga: Dana Senilai Rp20 Miliar dari Suriah Diindikasi Masuk Ke Jaringan Teroris di Yogyakarta

“Walau Santoso sudah tewas pengejaran Polri terhadap teroris di Indonesia belum akan berhenti. Sebab, kelompok Solo masih terlihat sangat agresif, setidaknya ini terlihat dalam aksi bom bunuh diri di Polresta Solo akhir ramadhan lalu. Potensi teroris ini makin mengkhawatirkan tatkala beredar kabar masuknya dana setara Rp20 miliar dari Suriah ke Jogja yang diduga untuk kelompok teroris. Artinya Kapolri baru Tito Karnavian maupun kepala BNPT yang baru Komjen Suhardi Alius masih harus melakukan kerja keras untuk menekan aksi-aksi terorisme di Indonesia,” tandasnya. (eriec/sego/red)

Related Posts

1 of 3,053