Ekonomi

Terungkap! Selama Ini Rakyat Beli Bensin Kemahalan, Seharusnya Rp 5.756/Liter

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Peresmian SPBU Vivo, di Cilangkap Jakarta Timur, sempat menimbulkan menimbulkan polemik pertanyaan publik. Paling tidak ada empat pertanyaan yang mengemuka.

Pertama, apakah PT Vivo yang menjual Research Octane Number (RON) tidak melanggar aturan? Kedua, mengapa harus Menteri Energi Sumber Mineral (ESDM) Ignasius Jonan yang harus meresmikan SPBU Vivo?

Ketiga, mengapa harga RON89 Vivo bisa lebih murah daripada harga RON88 Pertamina? Keempat, apakah artinya selama ini rakyat membeli RON88 (Premium/Bensin) Pertamina?

Lantas, berapa sesungguhnya harga eceran RON88 sebenarnya? Melansir dari Harian Kontan 28 Oktober 2017, hitungan harga RON88, dengan menggunakan formula yang selama ini konon digunakan oleh Pertamina sebenarnya demikian.

Dalam formula tersebut, komponen penentu harga eceran RON88, terdiri dari: (1) harga minyak dunia, kurs rupiah terhadap dollar AS, jumlah barrel per liter. (2) Margin Pertamina dan SPBU, serta biaya penugasan, biaya penyediaan, biaya distribusi, biaya penyimpanan ditetapkan sebsar 20%. (3) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10% dari Harga Dasar (HD), dan (4) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) sebesar 5%.

Baca Juga:  Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi UMKM, Pemkab Sumenep Gelar Bazar Takjil Ramadan 2024

Dengan asumsi harga minyak dunia sebesar US$ 50 per barel, kurs rupiah sebesar Rp 13.560 per dolar AS, 1 berel setara 159 litter, maka HD sebsar 4.264,15 per liter [(US$ 50/159 liter) X Rp 13.560 = Rp 4.264,15]. HD ditambah Margin dan Biaya 20%, PPN 10%, PBBKB 5%, maka harga jual eceran RON88 dihitung sebenarnya sebesar Rp 5.756,60 per liter (4.264,15 + 852,83 + 426,42 + 213,21 = 5.756,60).

Jika kemudian Pemerintah menetapkan harga jual RON88 sebesar Rp 6.450 per liter padahal seharusnya harga jualnya Rp 5.756,60 berarti ada kemahalan harga yang ditanggung rakyat sebesar Rp 693,40. Kalau asumsi harga minyak dunia dinaikkan menjadi US$ 55 per barrel, dengan perhitungan yang sama, kemahalan harga RON88 ditanggung rakyat sebesar Rp 117,74 per liter.

Jika total konsumsi konsumsi BBM sebesar 1.740.00 barel per hari, total kemahalan, yang ditanggung rakyat, dengan asumsi Minyak Dunia US$ 50 per barel, sebesar Rp. 70,01 triliun per tahun. Sedangkan dengan asumsi harga minyak dunia US$ 55 per barel, total kemahalan harga RON88 sebesar Rp. 11,89 triliun.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Berharap Semenisasi di Perbatasan Dapat Memangkas Keterisolasian

Dengan besaran kemahalan harga RON88, wajar jika Menteri ESDM kepincut untuk meresmikan beroperasinya SPBU Cilangkap. Dengan harga jual RON89 seharga Rp 6.100 per litter tentunya PT Vivo sudah memperoleh margin, sehingga harga pokok penjualan masih lebih rendah.

Penetapan harga RON89, yang lebih murah dari pada harga RON88, diharapkan dapat melecut Pertamina untuk meningkatkan efisisensi, sehingga harga RON88 mestinya juga dapat ditetapkan minimal sama dengan harga RON89 sebesar Rp 6.100 per litter.

Dengan demikian, rakyat sebagai konsumen tidak harus menanggung beban kemahalan harga RON88 akibat inefisiensi Pertamina selama ini.

Reporter: Ricard Andhika
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews

Related Posts

1 of 21