Budaya / SeniPuisi

Terkam dan Mati

Puisi Arif Tunjung Pradana

Luka Kakiku

Kakiku meraba tanah bergema di pinggiran jurang dengan luka menganga pada bagian samping; tergores air mata. Seorang perempuan mencari-cari sebabnya.

Dalam jurang ada tubuh saling menuduh.
Mati

Kau mati berkali-kali semenjak puisi terus menjalar dari otak melewati pembuluh darah kemudian mencekik urat nadi pada tangan, leher, juga jantungmu. Bangkai tubuhmu membusuk di pelataran.

Kau mati, dengan puisi abadi.
Terkam

Lima hari lalu jasadku berbaring di atas ranggasnya jalan. Mobil berwarna merah dengan pengemudi mabuk memporak-porandakan koran daganganku dan menerkam satu-satunya nyawaku. “Terimakasih! Koranku laku, begitu pun nyawaku”.
Arif Tunjung Pradana, lahir pada 16 Juli 1997 dan besar di tanah kelahirannya Wonogiri, Jawa Tengah. Mengenyam pendidikan di Universitas Sebelas Maret.

Related Posts

1 of 204