NUSANTARANEWS.CO, Nunukan – Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan sekaligus Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Nunukan, Robby Nahak menilai bahwa akses transportasi menjadi salah satu hal yang paling dibutuhkan masyarakat perbatasan terutama di wilayah pedalaman seperti Lumbis Ogong.
Hal tersebut diungkapkan Robby pasca dirinya melihat langsung kondisi masyarakat yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia tersebut. Menurutnya, hampir tak ada pembangunan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat diwilayah itu.
“Ketika saya berkunjung 20 tahun lalu, 10 tahun lalu, 2 tahun lalu dan baru – baru ini 2 hari lalu saya ke wilayah Lumbis Ogong, tak ada perubahan pembangunan yang seharusnya menjadi hak dari masyarakat di sana,” tutur Robby, Senin (11/11/2019).
Lebih jauh Robby menjelaskan bahwa bukan saatya lagi untuk saling menyalahkan terkait terisolasinya masyarakat Lumbis Ogong sejak Indonesia Merdeka hingga saat ini tersebut. Semua pihak harus bersinergi demi memangkas rentang kendali bagi masyarakat agar keadilan sosial benar – benar juga dirasakan oleh masyarakat Lumbis Ogong dan sekitarnya.
Karena selama ini masyarakat Lumbis Ogong hanya mempunyai akses transportasi melalui sungai yang menyita fisik, waktu dan biaya, Robby mengungkapakan perlunya segera dibangunya jalur trasnsportasi darat dari dan menuju wilayah itu.
Namun menurut Robby, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Nunukan juga akan bergerak semakin cepat dalam mengupayakan terbangunya Bandara Perintis di Tau Lumbis sebagai solusi sebelum tersambungnya akses jalan darat.
“Pemkab pasti akan lebih aktif. Salah satunya adalah dengan mengupayakan terbangunya bandara perintis diwilayah yang kita harap dapat menjadi akses alternatif transportasi masyarakat disana,” paparnya
Melalui kunjunganya dalam 2 hari tersebut, Robby mengungkapkan bahwa sengaja mengghitung secara real terkait matematis kehidupan masyarakat di Lumbis Ogong. Rentang waktu 13 Jam dari Lumbis Ogong ke Nunukan, menurut Robby sudah menjadi perhitungan tersendiri bagi pihaknya untuk menjadika alasan bahwa pembangunan di wilayah Pedalaman mesti dipriotitaskan.
“Hampir 13 Jam perjalanan yang kita tempuh tersebut sudah menjadi bahan renungan agar tertuang di kebijakan, bahwa inilah realita masyarakat di Pedalaman selama ini. Yang fisiknya kuat saja banyak mengeluh, bagaimana apabila masyarakat disana sakit dan butuh pengobatan di RSUD Nunukan?,” pungkas Robby. (edy/san)
Editor: Eriec Dieda