EkonomiHukum

Terbongkar Pencurian Masif Data Nasabah Bank di Amerika Serikat

Terbongkar pencurian masif data nasabah bank
Terbongkar pencurian masif data nasabah bank di AS/Foto: spainsnews.com

NUSANTARANEWS.CO – Terbongkar pencurian masif data nasabah bank di Amerika. Perusahaan Keuangan Amerika Serikat (AS) Capital One baru saja mengidentifikasi pelanggaran dalam sistemnya yang memungkinkan peretas mengakses informasi data pelanggannya, termasuk pemegang kartu kredit dan pelamar kerja. Pada hari Senin (29/07) para pejabat perusahaan itu mengumumkan bahwa kebocoran itu dapat berdampak hingga 100 juta orang di AS dan 6 juta lainnya di Kanada. Mereka merupakan pelanggan yang mengajukan kartu kredit dari tahun 2005 hingga awal tahun ini.

Capital One, bank penerbit kartu kredit terbesar kelima di AS juga mengatakan bahwa informasi yang diretas itu termasuk nama, tanggal lahir, alamat, alamat email, dan dalam sejumlah kasus mencakup nomor jaminan sosial, serta nomor rekening bank.

Pihak bank menjelaskan bahwa seseorang di luar bank memiliki akses non-otoritas ke jaringan mereka. Namun grup keuangan itu memastikan, dalam hal apa pun, bahwa peretas tidak mencuri nomor kartu kredit atau kredensial yang diperlukan untuk terhubung ke akun.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Perusahaan mengabarkan bahwa Biro Investigasi Federal AS (FBI) telah menangkap tersangka dan telah berada ditahanan. FBI mengatakan bahwa, peretas yang bekerja sebagai insinyur untuk Layanan Web Amazon, menggunakan kerentanan pada server Capital One. Dalam beberapa kasus tersangka juga mencuri nomor identifikasi pajak serta riwayat pembayaran, nomor rekening bank dan saldo.

Peretas itu diidentifikasi sebagai Paige Thompson, 33 tahun, yang dikenal sebagai “erratic” dalam jaringan cyberspace. Terkait dengan itu, bank menjamin bahwa masalah dalam sistem manajemen datanya, yang didukung oleh AWS, segera diselesaikan meskipun mengantisipasi kemungkinan dampak keuangan hingga 150 juta dolar (134 juta euro), karena perubahan dalam protokol keamanan untuk menghindari kasus serupa.

Sementara itu, saham Capital One mengalami penurunan sekitar 5% pada pembukaan Wall Street.

Insiden ini merupakan yang paling serius setelah layanan solvabilitas kredit Equifax dikenai sanksi 700 juta dolar karena mengekspos data pribadi hampir 150 juta pelanggan. Skandal itu telah memaksa pengunduran diri presiden eksekutifnya, Richard Smith.

Baca Juga:  Polres Pamekasan Sukses Kembalikan 15 Sepeda Motor Curian kepada Pemiliknya: Respons Cepat dalam Penanganan Kasus Curanmor

Equifax memiliki 820 juta pelanggan di seluruh dunia dan lebih dari 90 juta perusahaan pada saat peretasan. Gangguan dalam database mereka terjadi antara bulan Mei dan Juli 2017, dan baru terdeteksi pada 29 Juli tetapi tidak diumumkan kepada publik sampai 7 September tahun itu. Insiden Itu adalah momen kritis bagi perusahaan yang berbasis di Atlanta. (Alya Karen)

Related Posts

1 of 3,070