Terbangun di Bangku Pagi Itu
sesudah embun cair
kutanamkan doa doa dalam serbuk kabut
pada tunas rumput
yang merambat di halaman dadaku
embun larut dalam udara
jatuh di tanah yang bersuara bisik
menjelma sesawah kehidupanku
rumputrumput kini suburnya merapat ke mimpi
bunga-bunga awan mencair dari langit biru
aku memanggilnya di luar bangkai angin
di atas bangku kosong yang dibasahi matahari
lihatlah, ibu
anakmu mencoba menulis gelisahnya
pada selembar kertas bocor
yang tak kunjung menjelmakan puisi
yang hitam
Sewon, 2019
Terburu
kita bergegas dengan sendiri
meninggalkan kota bayang-bayang
dan singgah di negeri yang lebih terang
memandang luas padang
mimpi yang terbentang gemerlapan
telah kudengar bisikan dari jauh
daun-daun runtuh
di kala gugur angin menabuh musim
terpetiklah cuaca yang murung
segala yang terlalu buru-buru
Sewon, 2019
Mengenang Gerimis di Matamu
gerimis menyatu dalam matamu
sesekali ingin kuciptakan daun-daun
kupahati wajahmu di atasnya
ingin kuruapkan aroma kesedihan
dalam mekar bunga-bunga musim kemarau
ingin kulampaui batas dukamu
ke daerah yang senantiasa belum terjamah
sesekali aku ingin masuk ke dalam matamu
menjadi gerimis yang tertahan atau
jika ia turun, aku bersedia menyelam
ke dasar lukamu dengan sepenuhnya
gerimis yang di matamu itu
terasa asinku
kukenangkan dirimu
dalam sekepal nasi berisi garam
di tanganku, ada puisi yang belum jadi
Sewon, 2019
Halaman Cinta
di halaman ini, kutuliskan cintaku
dari apimu telah kucuri cahaya
bagi segala yang kukenal ada
bila kaupahami airmatamu
genggamlah erat aku
yang tersemat dalam puisi
ia akan memberikan hatiku padamu
inilah halaman yang sunyi
begitu banyak keheningan
bekerjasama di sini
juga dirimu
Yogyakarta, 2019
Penulis: Khanafi, kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, pada 4 Maret 1995. Puisi-puisinya tersiar di beberapa media online seperti linikini.id, tembi.net, litera.co.id, radarbanyuwangi, serta termaktub di media cetak dalam sebentuk buku antologi puisi bersama. Sekarang penulis tinggal di Sewon, Bantul, Yogyakarta menimba renungan di Lesehan PondokSastra Kutub, dan warung kopi bernama “Pincuk”.