Mancanegara

Terbangkan Drone di Komplek Parlemen Myanmar, Wartawan Televisi Turki Ditahan

NusantaraNews.co – Penangkapan terhadap wartawan kembali terjadi. Kali ini terjadi dialami oleh sejumlah wartawan yang bekerja untuk stasiun televisi nasional Turki, TRT. Penangkapan tak hanya dialimi oleh sang wartawan, tetapi juga dialami oleh supir mereka di dekat kompleks parlemen Myanmar, Jumat (27/10/2017).

Penangkapan dilalukan oleh Kepolisian Myanmar lantaran wartawan televisi itu menerbangkan drone (pesawat nirawak) di dekat kompleks parlemen. Mereka pun ditahan tepat di saat-saat terjadi ketegangan antara Myanmar dan Turki atas krisis Rohingya.

Reuter melaporkan, mereka yang ditahan antara lain Lau Hon Meng (asal Singapura) dan Mok Choy Lin (asal Malaysia). Selanjutnya mereka menjalani pemeriksaan di kantor polisi di ibu kota Myanmar, Naypyitaw.

Petang hari, usai pemeriksaan, sekitar 25 polisi menggerebek rumah tempat tinggal penerjemah mereka di Yangon. Penerjemah tersebut merupakan seorang wartawan terkenal di daerah itu, Aung Naing Soe. Polisi menyita peranti memori komputer Soe dan menggeledah dokumen-dokumen miliknya.

Baca Juga:  Militer Israel Kawal Aksi Pemukim Zionis Bakar Pemukiman Paletina di Tepi Barat

Soe, yang merupakan wartawan daerah, telah bekerja untuk banyak media internasional tentang peralihan Myanmar menuju demokrasi setelah negara itu berada di bawah kediktatoran militer selama hampir lima dekade.

Hingga berita ini diturunkan, stasiun penyiaran TRT belum bisa dihubungi oleh sejumlah media internasioanl untuk dimintai komentar.

Akan tetapi, Stasiun penyiaran Myanmar, MRTV, mengatakan bahwa para wartawan yang ditahan tidak mempunyai izin untuk memfilmkan parlemen dengan menggunakan drone. MRTV pun memperlihatkan visa jurnalis yang dimiliki para wartawan itu dan mengatakan bahwa kementerian luar negeri telah memberi tahu kedutaan besar Singapura dan Malaysia soal penahanan tersebut.

Sekadar diketahui, lebih dari 600.000 Muslim Rohingya lari menyelamatkan diri dari Myanmar ke negara tetangga, Bangladesh, sejak pasukan keamanan menanggapi serangan para milisi Rohingya pada 25 Agustus dengan melancarkan tindakan keras.

Pada awal September, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan kematian para warga Rohingya di Myanmar merupakan “pembersihan etnis” yang ditujukan pada masyarakat Muslim di wilayah itu.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 7