Puisi Riduan Hamsyah
TENTANG TAMASYA MINGGU PAGI
Di sampingku ia berbisik
tentang tamasya hari ini kemana direncanakan
sebab kita kini bosan menatap jalanan
meremang
dan siang digantikan warna hujan.
Gadis kecil yang bermain dengan bangku plastik
warna pink
sesaat lalu mengkritik telivisi yang cuma suguhkan kartun
sementara waktu berdetak ke pantai
tempat orang orang menidurkan perahu.
Tetapi mungkin juga tak pernah ada tamasya
minggu ini
cuma tangisnya saja yang kemudian meledak
di ruang tamu
lalu dunia ini ramai
oleh rasa diam kita yang manis. Seperti kegetiran
ditelan berulang ulang. Hai, lupakan rencana kita, Galuh
sebab hingga detik ini cuaca belum ramah
bagi imajenasi kita yang masih gundah.
Cadasari, 20 November 2016
Baca Juga Puisi Pilihan:
- Marhaban, Ya Ramadan
- Pintu Rezeki dan Sehari Sebelum Ramadan Kembali Lagi
- Di Rumah Ramadan
- Marhaban Ramadan
- Tadarus 23 Ramadan
SEBUAH PEKON SEBELUM LIWA
Jalannya menikung, di sisi Bukit Abung
Inilah PEKON kata saudara kami yang Lampung itu
tempat
menyembunyikan hasrat merantau. Lebih tepatnya.
Di pangkal tebing rumah yang kayunya tenam
engkau menyaksikan tanah menguning meliuk hingga
ke ladang ladang kopi
biji ajaib membanjiri pikiran orang orang di sini
sepanjang tahun
hingga musim penghujan dan rasa dingin kita selimuti.
Hai, Talang Kapuk, kita merapikan diri
di sini menunggu isyarat cuaca hingga hasrat ganjenmu
merupa pasang yang meluap kembali
bahasa pulang mesti dijawab dengan singkat kalimat
kau catat dalam sunyi yang bicara.
Pandeglang, 12 Oktober 2016
Alamat komplek perkantoran Dinas Kesehatan Kab. Pandeglang Jln. Bhayangkara No. 03 Pandelang-Banten.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].
