Berita UtamaKhazanahLintas NusaTerbaru

Tausiah Ramadhan: Perlunya Pelestarian Kearifan Lokal di Aceh

Tausiah Ramadhan: Perlunya Pelestarian Kearifan Lokal di Aceh
Tausiah Ramadhan: Perlunya Pelestarian Kearifan Lokal di Aceh./Foto: aceh.kemenag.go.id

NUSANTARANEWS.CO, Banda Aceh – H Juhaimi, S.Ag MAg yang mewakili H. Azhar, MA salah seorang Kasi pada Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Aceh menyampaikan tausiah Ramadhan tentang perlunya pelestarian kearifan lokal di Aceh, Kamis (29/4) di Mushalla Kanwil Kemenag Aceh.

Ia memulai taushiah dengan membacakan sebuah tulisan yang judulnya “Krueng Geuntet ketika Iblis Membawa Angin Surga” – kalimat itu ditulis sangat luar biasa sekali oleh penulisnya. Selanjutnya ia mengurai ada 13 kriteria manusia seperti yang ditulis oleh Mukhtar Lubis dalam bukunya yang berjudul “Manusia Indonesia”.

Ia ketika menyampaikan taushiah ini tidak membicarakan 13 kriteria manusia tersebut, akan tetapi ia menitik beratkan pada salah satu kriteria manusia Indonesia yaitu suka hal-hal yang berbau mistik, suka pergi ke kuburan, meyakini adanya jin yang diserupai Genteut dan lain lain, itu salah satu ciri khas manusia Indonesia.

Baca Juga:  Negara Dengan Waktu Puasa Tercepat dan Terlama Pada Ramadhan 1445 H

Genteut dalam masyarakat Aceh itu identik dengan makhlus halus (jin) yang tinggi, semakin kita lihat ke atas semakin tinggi dia.

Sebuah tradisi dalam masyarakat Aceh yang selalu diingatkan oleh orang tua terhadap anaknya agar jangan berkeluyuran ketika tiba waktu Magrib, nanti dijambak oleh Genteut (jin).

“Hai aneuk bek kateubit u lua, enteuk dicok lee geuntet,” ujar Juhaimi dalam bahasa Aceh yang artinya kira-kira begini. Wahai anakku jangan bermain-main di luar rumah, nanti dijambak oleh Jin (Genteut).

Juhaimi mengatakan ini merupakan pesan moral orang tua kepada anak-anak, agar tidak keluar di saat azan Magrib.

Di akhir tausiahnya Juhaimi mengingatkan seluruh jamaah yang hadir untuk melestarikan kembali kearifan lokal Aceh yang pernah ada untuk mengingatkan anak-anak jangan berkeluyuran di saat azan Magrib, karena kearifan lokal Aceh sangat kental dengan budaya Islam.

“Adat bak po teumeurehom hukum bak Syiah Kuala. Qanun bak Putroe Phang reusam bak laksamana,” tutup H. Juhaimi.[]

Related Posts

1 of 3,049