NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Penasehat Aliansi Masyarakat Poso di Jakarta Suprianus Kandolia mengatakan masyarakat adat Kabupaten Poso sangat tersinggung dengan rencana pemecahan rekor dunia Tarian Zumba di Festival Danau Poso (FDP), Tentena, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Suprianus meminta Menpar dan Gubernur Sulawesi Tengah Longky Djanggola membatalkan acara tersebut.
“Yang kami bingung kenapa panitia tidak mengangkat seni dan budaya dan tarian daerah kami untuk memecahkan rekor dunia. Poso sangat kaya dengan budaya dan tarian lokal. Malah yang dipecahkan rekor tari-tarian asing, bukan dari budaya kami. Ini yang bikin kami sangat tersinggung,” ucap Suprianus melalui keterangan tertulis, Jakarta, Senin (24/9/2018).
Selain itu, Suprianus juga menilai tarian Zumba lebih banyak mengumbar dan mengkspose keseksian tubuh sehingga tidak cocok dipertontonkan di depan publik.
“Kalau lihat videonya itu kan sampai pusar kelihatan. Secara moral apa layak diumbar di depan 30 ribu orang yang ada anak-anak sekolah. Apalagi Tentena merupakan kota pendidikan dan religius,” ucap dia.
Zumba sendiri merupakan tarian atau senam yang berasal dari negara Amerika latin, Kolombia. Namun baru terkenal di Indonesia pada 2009 lalu. Tarian zumba menggabungkan tarian latin dan gerakan fitnes.
FDP merupakan acara festival pariwisata tahunan yang diadakan di Tentena, kota di pinggir Danau Poso. Festival ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 1989 dan termasuk dalam agenda utama kegiatan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Kabupaten Poso dan Sulawesi Tengah.
Festival Danau Poso pernah terhenti akibat kerusuhan, namun digelar kembali di kota Tentena, ibu kota kecamatan Pamona Puselemba, pada tanggal 25 hingga 30 November 2007. FDP ditujukan untuk mempromosikan sumber daya alam dan budaya lokal di daerah tersebut ke mancanegara. (anm/nvh)
Editor: Ani Mariani