SEPANJANG ZAMAN TENTANG LELAKI BERAKHLAK MULIA
Sepanjang Zaman, tentang lelaki berakhlak mulia
Ya Muhammad
Kami menahan rindu bertemu denganmu
berharap berkumpul bersamamu
Engkaulah obat yang menerangi hati umat
12 rabi’ul awal engkau lahir di dunia
Telah keluar cahaya dari perut ibunya
seorang lelaki yang bersujud
Dengan wajah sempurna laksana purnama
Menjelang terbit fajar
Menandakan musimnya bunga berkembang
Dari kisah yang ada
Sungguh semua kuasan-Nya
Kami terus memanggilmu dalam setiap doa
Mengharap syafaat akan dirimu
Engkaulah kekasih di atas segalanya
Yang setia mengajarkan ajaran-Nya
Mealirkan jihadmu ke dalam relung hati
Untuk umatmu yang hidup kini
Ya Muhammad
Engkaulah penerang hati umat
Kotabaru, 1 Desember 2017 (12 Rabi’ul Awal)
TANAH RISAUMU
Tanah risaumu
Menceritakan keluh pada kubanggan
Menjerit diantara guratan jalan yang berdebu
Kemana perginya hutan meninggalkan luka mendalam
Risaumu
Tidak hentikannya kau degungkan, ketika mereka berkuasa
Tangan besi merampas di malam sepi
Kau ambil nafas untuk anak cucuku di sini
Setelah Sebuku, Senakin
Tanah subur kini menjadi luka peninggalan
Air mata hujan menjadi kepiluan
Tanah mana lagi, kau buat berantakan
Tanah risaumu, karena kaum kapitalis
Tidak lagi mereka peduli
Setiap waktu mereka gauli tanpa henti
Lalu, membawa pada perjanjian tanah yang berkubang
Dan musim enggan menjadi pemenang
Tanah risauku meminta
Kembalikan aku pada rahim hutanku
Yang lama berdarah gerah dan resah
Menyimpan perih tak berkesudahan pada alam semesta
Kotabaru, 12 Februari 2018
PADA RASA
Bagaimana dirimu larut dalam sejengkal rasa
Yang tertuang dalam lubuk hati terdalam
Dan kau masih saja meradang menggenggam asa
Sekali pun itu harus tenggelam di lautan duka mendalam
Pada rasa kau pernah menumbuhkan bunga mawar di matamu
Hingga berakar menjadi sebuah harapan
Namun, semua terlepas ketika kita tidak kuat merawat
Dan rusaklah mawar yang kau tanam
Lalu kesucian kau berikan
Beralaskan mahkota kasih sayang
Sungguh akan mudah terbuang
Karena akan hilang ditelan bayang
Malang bila harus membuang luka
Pada lelaki lain dirundung kebahagian
Karena bukan bahagia didapatkan
Tapi dusta masa lalu yang terkenang
Ada yang patut kita jaga dalam hubungan
Bukan sudah ada ikatan
Lalu semua bebas dilakukan
Karena ikatan sakral menjadi penentu ujung jalan
Menggetarkan tiang langit tersampaikan
Pada rasa yang sudah terpampang
Dalam sebuah akad pernikahan
Kotabaru (Kalsel), Maret 2018
Rahmat Akbar, kelahiran Kotabaru 04 Juli 1993 tepatnya di Kalimantan Selatan. Alamat tinggal Jalan Hasanuddin Rt. 06 Kelurahan Kotabaru Hilir. Puisinya (menggisi media Tribun Bali, Media Kalimantan, Koran Merapi), puisinya “Hitammu Di Tanahku” antologi puisi ASKS Ke 13 KALSEL 2016, puisinya di antologi “ Gemuruh1001 Kuda Padang Sabana, antologi puisi “ Empat Ekor Belatung Bersarang di Ubun-Ubunku, antologi puisi “Tadarus Puisi Kalsel 2017”, antologi puisi ASKS ke 14 KALSEL 2017, antologi puisi “Puputan Melawan Korupsi” Bali, antologi puisi “Hutan Hujan Tropis”, antologi puisi “Indonesia Lucu Jilid VI 2018, dll. Sekarang bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia di SMA Garuda Kotabaru dan aktiv tergabung di komunitas Taman Sastra SMA Garuda Kotabaru. Akbar bisa disapa melalui email [email protected], fb: Kai.akbar
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]