Mancanegara

Taliban Siap Perang 100 Tahun Lagi, Jerman Tempatkan 1.500 Pasukannya di Afghanistan

NUSANTARANEWS.CO, Berlin – Menteri Pertahanan Jerman mengumumkan pasukan yang ditempatkan di Afghanistan tidak akan ditarik dan tetap di negara tersebut tanpa batas waktu. Jerman juga telah memutuskan untuk meningkatkan jumlah pasukannya di Afghanistan setelah Amerika Serikat membuat kebijakan serupa.

Dikutip Rferl, Rabu (28/3/2018) parlemen Jerman telah menyetujui perpanjangan keberadaan militer di Afghanistan. Undang-udang soal ini telah disetujui mayoritas parlemen Jerman yang menetapkan jumlah maksimum pasukan yang dikerahkan sebanyak 1.300.

Baca juga: 10.453 Ribu Warga Sipil Afghanistan Tewas Sepanjang Tahun 2017

Bulan lalu sekitar 800 pasukan AS dikerahkan ke Afghanistan dengan misi melatih dan menjadi penasihat Tentara Nasional Afghanistan (ANA). Dan sampai sekarang diperkirakan sudah ada 15.000 tentara AS yang ditempatkan ke Afghanistan sebagai bagian dari stretagi baru AS di negara yang telah dirundung perang sejak 2001 atau 16 tahun terakhir.

Keputusan Jerman dan AS sama menghadapi Afghanistan karena sesuai dengan rencana yang telah disusun NATO melalui sandi operasi Resolute Support NATO.

Baca juga: Al-Qaeda dan 16 Tahun Perang Afghanistan

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Adapun misi utama pasukan Jerman di Afghanistan di antaranya melatih, memberi saran dan membantu pasukan keamanan lokal dalam perjuangan mereka melawan pejuang Taliban.

Pasukan Jerman sejatinya sudah ditarik sejak 2014 setelah NATO juga lebih awal menarik pasukannya. Penarikan tersebut dinilai berbuah fatal karena nyatanya sesudah 16 tahun perang berkecamuk, Taliban justru tampil semakin kuat dan canggih.

Diungkapkan, NATO menyetujui penarikan pasukannya lantaran ANA mengaku siap bertanggung jawab terhadap keamanan di seluruh negeri. Bahkan, Pentagon juga meyakini ANA telah mengendalikan 56% wilayah Afghanistan dari Taliban.

Baca juga: Serangan di Kabul, Gerilyawan Taliban Menyamar Tentara Afghanistan

Namun belakangan, Taliban semakin kuat dan mengklaim telah menguasai 70% daerah Afghanistan. Bahkan bulan lalu, Taliban sempat merilis sebuah pernyataan terbuka yang ditujukan kepada AS yang menyebutkan mereka siap memulai pembicaraan damai. Tawaran yang sempat ingin diterima Penatgon. Namuan, setelah serangan bom dan penyanderaan di Hotel Intercontinental, Kabul beberapa bulan lalu, Presiden Trump tampaknya berubah pikiran.

Baca Juga:  BRICS: Inilah Alasan Aliansi dan Beberapa Negara Menolak Dolar

Dalam surat terbuka yang disampaikan Taliban menyebutkan dua pilihan, memulai damai atau perang terus berlanjut hingga 100 tahun tanpa hasil yang menentukan. (red)

Baca juga: Afghanistan Negeri Kaya yang Menjadi Rebutan AS dan Cina

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 7