Mancanegara

Taliban dan Amerika Merajut Damai Bumi Afghanistan

taliban, afghanistan, militan taliban, pejuang taliban, pejuang afghanistan, pemerintah afghanistan, perdamaian afghanistan, perang afghanistan, ashraf ghani, nusantaranews
Militan Taliban di Afghanistan. (Foto: Ilustrasi/AS)

NUSANTARANEWS.CO – Setelah 17 tahun berperang dan saling memburu nyawa, Taliban dan Amerika Serikat secara menyepakati perjanjian damai. Pertemuan antar delegasi dilakukan di Doha, Qatar pekan lalu selama 6 hari guna membahas sejumlah perjanjian damai demi masa depan Afghanistan yang lebih baik usai dirundung perang selama hampir dua dekade.

Konflik bersenjata di Afghanistan diketahui memang sudah berusia 17 tahun lamanya tetapi masalah tak kunjung selesai. Malah, Taliban diyakini AS sudah semakin kuat setelah belasan tahun bergerilya.

Amerika tampaknya melihat konflik bersenjata sudah bukan lagi solusi terhadap permasalahan di Afghanistan. AS mulai melihat sisi lain yang lebih manusiawi menyikapi keberadaan Taliban yang pantang menyerah. Lagi pula, perang di Afghanistan awalnya hanya kepentingan AS memburu Osama bin Laden yang dituduh bertanggungjawab dalam insiden 9/11 terhadap gedung World Trade Center.

Kedua, misi AS sejatinya adalah geopolitik untuk menjadikan Afghanistan sebagai pintu masuk ke kawasan Laut Kaspia guna mengamankan pasokan minyak dan gas.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Kesepakatan damai Taliban dan Amerika memang belum dinyatakan secara resmi. Namun, The News York Time melaporkan, secara prinsip perjanjian damai itu telah disepakati oleh kedua belah pihak yang menggelar pertemuan di Doha.

Salah satu poin kesepakatan itu mencantumkan soal penarikan pasukan AS di Afghanistan sebagai bagian dari paket kesepakatan. Lagi pula, Presiden Donald Trump memang berencana menarik pasukan AS yang bercokol di Timur Tengah, termasuk di Afghanistan, untuk kembali ke tanah air membangun ‘America First‘.

Bagaimana pun, Washington memandang ada elemen moderat di tubuh organisasi Taliban yang sebetulnya mereka mau untuk berdialog dan menjadi bagian dari pejabat pemerintahan pusat. AS akan memanfaatkan elemen moderat yang ada di organisasi Taliban sebagai salah satu jalan untuk memuluskan kesepakatan damai.

Namun demikian, AFP menyebut Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meminta Taliban juga berkomunikasi dan melibatkan Kabul dalam proses perdamaian tersebut.

“Saya menyerukan kepada Taliban untuk menunjukkan kehendak Afghanistan dan menerima permintaan perdamaian serta mengadakan pembicaraan serius dengan pemerintah Afghanistan,” kata Ghani dalam sebuah pidato nasional dari istana kepresidenan di Kabul.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Tak hanya itu, Ghani mengingatkan kesepakatan apapuan yang dihasilkan AS dan Taliban tidak akan ada gunanya bila tak ada dukungan Kabul.

“Kami menginginkan perdamaian, kami menginginkannya segera tetapi kami menginginkannya dengan sebuah rencana,” kata Ghani.

“Kita tidak boleh lupa bahwa korban perang ini adalah warga Afghanistan sehingga proses perdamaian juga harus dipimpin oleh orang Afghanistan. Tidak ada orang Afghanistan yang ingin pasukan asing tetap berada di negara mereka tanpa batas waktu. Tidak ada orang Afghanistan yang ingin menghadapi serangan bunuh diri di rumah sakit, sekolah, masjid dan taman,” tambahnya.

Polemik kini muncul terkait opsi penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Apalagi setelah muncul isu bahwa AS dan Taliban membicarakan soal masa depan pemerintahan yang mengundang kekhawatiran Ghani. Belum lagi kekhawatiran rakyat Afghanistan terkait jaminan keamanan bila pasukan AS ditarik.

Kekhawatiran-kekhawatiran tersebut wajar mengingat selama ini Taliban tidak pernah mau melakukan pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan yang dipimpin Ashraf Ghani. Bagi Taliban, pemerintahan Ghani tak lebih hanyalah boneka belaka.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Karenanya, petinggi Taliban dan AS telah sepakat untuk melanjutkan negosiasi meskipun belum ada tanggal yang diumumkan secara terbuka.

(eda/asq)

Editor: Almeiji Santoso

Related Posts

1 of 3,056