EkonomiInspirasi

Tak Harus Jadi Presiden untuk Merubah Dunia?

NUSANTARANEWS.CO – Pendiri sekaligus CEO Facebook, Mark Zuckerberg punya agenda di tahun 2017 yakni berkunjung ke 30 negara bagian di Amerika Serikat. Rencana kunjungan Zuckerberg ini disebut-sebut merupakan sebuah langkah majunya untuk membuka kantor di sejumlah negara bagian guna mengembangkan bisnisnya. Zuckerberg akan ditemani istrinya, Priscilla Chan.

“Setelah tahun lalu pernuh gejolak, saya punya harapan dalam tantangan kali ini adalah keluar dan bicara dengan banyak orang bagaimana mereka hidup, bekerja dan berpikir tentang masa depan,” demikian kata Zuckerberg seperti dilansir Fortune.

Rencana Zuckerberg dan Chan ini disebut juga sebuah langkah besarnya untuk membangun bisnis di luar Silicon Valley. Seperti diketahui, 77% pemilih di Santa Clara, daerah yang terdiri dari Silicon Valley pada pemilu AS lalu memilih Hilarry Clinton. Sementara, Zuckerberg sendiri mendukung Donald Trump. Zuckerberg sadar, masa depan perusahaannya bergantung pada kemauan dan keterlibatan jutaan orang di AS.

Dalam perjalanannya keliling AS tersebut,  Zuckerberg dan Chan akan mengungjungi universitas, kantor perusahaan, bertemu dari sektor publik serta swasta, dan bahkan mengunjungi tempat-tempat rekomendasi dari komunitas Facebook. Tur Zuckerberg dan Chan tentu bukan dalam rangka liburan, melainkan untuk membangun Chan-Zuckerberg Initiative sebagai salah satu organisasi filantropi besar, bersama dengan Gates Foundation, Rockefeller Foundation, dan Ford Foundation.

Tur Zuckerberg dan Chan disebut akan memberikan kesempatan kepada keduanya untuk belajar dan memimpin. Tur akan dapat memberikan inspirasi bagi Zuckerberg dan Chan untuk membangun produk dan layanan yang bisa membuat hidup orang banyak lebih baik dan secara luas.

Baca Juga:  DPRD Nunukan Akan Perjuangkan 334 Pokir Dalam SIPD 2025

Langkah yang dilakukan Zuckerberg senada dengan perubahan besar dalam budaya politik Amerika Serikat, di mana pemimpin perusahaan memiliki kesempatan besar untuk memanfaatkannya guna mendorong perubahan sosial. Dan masyarakat juga sudah cenderung memandang bahwa pimpinan perusahaan bersama dengan pemimpin politik mampu tampil sebagai agen perubahan. Selain itu, pemerintahan federal juga dinilai telah kehabisan ongkos dan kemauan politik untuk melakukan hal-hal besar yang diperlukan untuk bersaing di abad 21, seperti memperluas akses dan kesempatan bekerja, katalis kewirausahaan dan menyediakan akses modal. Untuk itu, pemimpin sektor swasta dipandang memiliki kesempatan dan kewajiban untuk mengisi kekosongan dan peluang tersebut.

Menurut presiden & CEO Laurel Strategi, Alan H. Fleischmann, sektor swasta telah melangkah untuk memenuhi banyak tanggung jawab yang digunakan untuk terlibat dengan pemerintahan. Perusahaan-perusahaan swasta telah menginvestasikan dana besar untuk kepentingan penelitian soal kesenjangan untuk kemudian dilakukan pengembangan. Di era sekarang, telah terjadi pergeseran pengaruh dari pemerintah ke sektor swasta. Swasta akan memanfaatkan pengaruhnya untuk secara optimal menguasai konsumen, dan demikian pula platform bahwa konsumen harus mempengaruhi pengambilan keputusan perusahaan. Lagi pula, media sosial kini telah memberikan semua orang akses langsung ke CEO perusahaan besar. Ketika konsumen tidak suka produk atau kebijakan, mereka dapat berbicara dengan kritik keras. Dan ketika cukup banyak orang mengambil sisi, perusahaan semakin dipaksa untuk mendengarkan dan memikirkan kembali keputusan mereka.

Baca Juga:  Bupati Nunukan dan OPD Berburu Takjil di Bazar Ramadhan

Lebih jauh, di era sekarang kritikan keras terhadap pemerintah justru tumpah ruah di media sosial. Artinya, komunikasi konsumen (masyarakat) dengan perusahaan (digital) telah menjadi semacam fenomena sosial yang terus berkembang pesat. Pesan dan kritik masyarakat yang seharusnya didengarkan secara langsung oleh para pemangku kebijakan pemerintah justru menjadi data yang tersimpan di perusahaan-perusahaan digital.

Ambil contoh misalnya, di bawah kepemimpinan Zuckerberg dari Facebook, ke depan diprediksi akan menghadapi ujian perihal berita-berita palsu yang menyebar luas. Permasalahan terbaru ini seperti menjadi tantangan tersendiri bagi Zuckerberg untuk mencarikan solusinya. Artinya, Zuckerberg secara tidak langsung telah menjadi pemimpin yang saban waktu mendengar keluhan masyarakat luas tentang bermacam persoalan. (Sego/ER)

Related Posts

1 of 2