
NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Israel tidak menduga bahwa serangan brutal militernya terhadap Palestinian Islamic Jihad (PIJ) sebuah faksi perjuangan Palestina ternyata mendapat respon balasan yang cukup setimpal.
Dari 160 roket yang ditembakkan (Israel mengklaim lebih dari 400), setengahnya mencapai sasaran ke pemukiman. Sistem Iron Dome yang dibanggakan gagal memberikan perlindungan dan keamanan bagi warganya. Ini merupakan pencapaian militer sekaligus serangan psikologis bagi para pemukim di wilayah pendudukan.
Serangan udara Israel pada hari Jumat (6/8) dengan sandi Breaking Dawn telah membom sekitar 140 target di Gaza, Palestina. Namun Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz kembali salah perhitungan seperti halnya dalam menghadapi Saif al-Quds pada Mei 2021. Gantz ternyata tidak mampu mengendalikan peperangan.
Saif al-Quds telah membuat Israel ketakutan dan kebingungan untuk pertama kalinya menghadapi Tepi Barat, Gaza, dan Palestina bersatu sebagai konsekuensi Israel atas penyerbuan terhadap Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Israel ternyata tidak mempu menghadapi perang multi fornt Palestina – sehingga Presiden AS Joe Biden terpaksa memohon kepada Mesir untuk menjadi mediator karena Israel tidak dapat mempertahankan dampak dari satu rudal lagi yang menghantam Tel Aviv.
Sword of Jerusalem II baru satu faksi saja yang bergerak dan kembali telah mengguncang Israel. Padahal baru 160 roket yang ditembakkan Bagaimana bila seluruh faksi terlibat termasuk HAMAS?
Sekretaris Jenderal PIJ Ziad Al-Nakhala dalam wawancara langsung dengan Al-Mayadeen mengatakan bahwa perang ini terbuka: tidak ada batas dan akan berlanjut hingga kemenangan.
Nakhala juga menambahkan bahwa dia mungkin menolak mediasi Mesir di Kairo, dan menghentikan negosiasi gencatan senjata yang hanya akan melayani kepentingan Israel dan menyelamatkan Tel Aviv.
Sementara itu, Hisham Safieddine dari Hizbullah, ketua dewan eksekutif gerakan perlawanan Lebanon, baru-baru ini mengatakan bahwa faksi-faksi Palestina telah memperoleh senjata strategis yang akan merusak keseimbangan kekuatan.
Dia juga menambahkan bahwa perang mungkin telah dimulai di Jalur Gaza, tetapi dengan hanya satu percikan yang tidak tepat waktu dapat berubah menjadi perang regional yang melibatkan banyak faksi perlawanan lainnya.
Ya, Sword of Jerusalem II sedang dalam proses untuk menjadi konfrontasi yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya. (Agus Setiawan)