Sutradara ‘Yang Ketu7uh’ Persilakan Filmnya Diputar di Markas 01 dan 02

Sutradara Film 'Yang Ketu7uh', Dhandy Dwi Laksono mempersilakan film dokumenter karyanya diputar di markas pendukung capres 01 dan 02, Selasa (19/2/2019). (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)
Sutradara Film ‘Yang Ketu7uh’, Dhandy Dwi Laksono mempersilakan film dokumenter karyanya diputar di markas pendukung capres 01 dan 02, Selasa (19/2/2019). (Foto: Romandhon/NUSANTARANEWS.CO)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaSutradara Film ‘Yang Ketu7uh’, Dandhy Dwi Laksono mempersilakan film dokumenter karyanya diputar di markas pendukung capres 01 dan 02.

Meski demikian, ia mengingatkan agar film tersebut tidak dipelintir dan dipolitisasi.

“Saya sudah pengalaman. Film-film saya sering dikutip dipelintir politisi, akan saya bikin ramai kalau itu dilakukan,” ujar Dandhy Dwi Laksono usai isi diskusi bertajuk Merasionalisasikan Pencapaian dan Paradoks Demokrasi yang diselenggarakan Forum Tebet (FORTE) di Jakarta Selatan, Selasa (19/2/2019).

‘Yang Ketu7uh’ merupakan film dokumenter. Berkisah tentang para pemilih dalam proses Pemilu 2014 yang dinilai sebagai pemilu paling fenomenal karena seolah membelah masyarakat menjadi dua kubu.

Baca juga: Debat Capres-Cawapres 2019 Disebut Seperti Pertunjukan Sinetron

Film itu melibatkan sembilan belas jurnalis dan videografer ini diproduksi mulai awal 2014, meski beberapa bahan telah dikumpulkan sejak Pemilu 2009.

“Silahkan temen temen di-download ditonton dan didiskusikan di manapun oleh siapapun di markas politik siapapun, silahkan,” ujarnya.

Dandhy menjelaskan, film hasil besutannya itu bertujuan untuk mengedukasi politik dan demokrasi masyarakat Indonesia.

“Ini edukasi politik pada 2014, juga sekaligus kontrak politik. Jadi kalau capres siapapun yang jadi kalau menonton, mereka melihat semua berkampanye waktu itu. Tapi apa yang sudah terjadi di lapangan. Apa harapan orang-orang sebenarnya,” jelasnya.

Dirinya berpandangan, pemilu lima tahun lalu itu disebut sangat bersejarah. “Ini tampaknya tidak akan terulang 50 sampai 70 tahun lagi. Jadi kita memutuskan untuk merekam peristiwa ini,” ujarnya.

Pengamat medi sosial itu menambahkan, film dokumenternya tersebut sudah pernah diputar di bioskop, sudah diputar pula di televisi.

“Dan sekarang ada di Youtube,” tandasnya.

Pewarta: Romandhon
Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version