NUSANTARANEWS.CO – Angkatan Udara Israel tiba-tiba meluncurkan serangan roket yang menyasar sebuah stasiun amunisi sekaligus pabrik tembaga di Provinsi Homs, Suriah. Serangan mendadak ini sudah dipahami sebagai upaya Israel kembali menabuh genderang perang melawan Suriah. Sebab, kedua negara secara teknis diketahui memang masih dalam status perang dan gencatan senjata menyusul perang saudara yang melanda Suriah.
Serangan Israel ke Suriah ini bukan kali pertama. Pada pertengahan Oktober lalu, Angkatan Udara Israel menghancurkan sebuah senjata anti pesawat terbang di Suriah. Namun, setelah serangan tersebut Israel justru mengatakan tidak ingin meningkatkan ketegangan. Boleh jadi Israel mempertimbangkan keberadaan angkatan udara Rusia yang tengah aktif beroperasi di Suriah membantu pasukan pemerintah menumpas ISIS.
Dalih Israel menyerang Suriah adalah mmenghancurkan militan Hizbullah yang beroperasi di perbatasan Suriah dan Lebanon. Israel sendiri diketahui masih sangat dendam atas kekalahan mereka berperang melawan Hizbullah pada 2006 silam. Saat itu, banyak tentara Israel tewas sampai akhirnya Israel Defense Force (IDF) memutuskan untuk mundur dan menarik pasukannya pulang guna menghindari korban lebih banyak lagi. Sebab, Hizbullah diketahui sudah semakin kuat karena didukung persenjataan lengkap.
Namun, serangan terbaru Israel terhadap Suriah sejauh ini belum direspon balik Hizbullah dan pasukan keamanan negara yang dilanda perang terus menerus itu. Kementerian Luar Negeri Suriah lebih memilih melayangkan surat protes ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mendesak badan dunia ini bersikap dan mengutuk serangan Israel di Homs.
Artikel Terkait:
- Israel Mulai Serang Suriah
- Senjata S-400 Rusia Kini Jadi Andalan Tentara Suriah
- Sally Jones, Pengantin Wanita ISIS Asal Inggris Tewas di Suriah
- Dua Kapal Selam Rusia Tembakkan 7 Misil Kalibr ke Basis Pertahanan ISIS di Suriah
- Serangan Pesawat Tempur Rusia Tewaskan 34 Warga Sipil Suriah
- Mi-28, Helikopter Generasi Baru Rusia Jadi Andalan Angkatan Darat Suriah
- Suriah Telah Memasang Sistem Pertahanan Terpadu S-400 Rusia
- Kolpino dan Veliky Navgorod, 2 Kapal Selam Rusia yang Dikirim ke Suriah
- Amerika Serikat Kalah Perang di Suriah Melawan Rusia dan Iran
Jelas, dalam serangan terakhir Israel menargetkan pabrik amunisi Hassia di sekitar 35 kilometer (21 mil) Selatan Kota Homs. Meski tak ada korban, tetapi serangan udara Israel tersebut menghancurkan sejumlah fasilitas. Awalnya, tentara Suriah merespon seranga Israel dengan meluncurkan rudal anti-pesawat ke arah jet tempur Israel. Sayang, serangan balasan meleset.
Kecemasan Israel terhadap Suriah dan Hizbullah semakin kuat belakangan ini. Pasalnya, tentara Suriah dan juga Hizbullah sudah semakin canggih peralatan perangnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, jika perang meletus kembali tentara Israel tak akan mudah merebut Suriah, termasuk Lebanon. Salah-salah, justru Israel malah menjadi pihak yang akan hancur lebur dan mengalami kekalahan yang tak pernah terbayangkan. Apalagi dewasa ini, Suriah secara aktif terus menggalang koalisi dengan Iran dan Rusia. Perang melawan ISIS saja, Suriah dibantu penuh pasukan udara Rusia beserta persenjataannya. Dan jika Israel menabuh genderang perang terhadap Suriah, dapat dipahami Rusia dan Iran tak akan tinggal diam. Kedua negara memang memiliki kepentingan besar di Suriah, terutama mengamankan jalur pipa gasnya yang menjadi sumber utama pasokan gas ke Rusia. Dan Rusia, adalah pemasok utama kebutuhan gas ke negara-negara Eropa dan Uni Eropa.
Di sisi lain, sebagai negara yang terkurung di antara Mesir, Palestina, Lebanon, Yordania dan Suriah – Israel harus bekerja keras menentukan geopolitiknya sendiri di Timur Tengah. (ed)
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews