Budaya / SeniPuisi

Surat untuk Genes

Puisi Tedy Ndarung

Menatapmu

Menatapmu adalah nafas untukku
Ombak alismu adalah angin yang membangunkanku dari tidur yang lelap
Cahaya matamu adalah pecahan ombak, teduh menenangkanku pada mesra dahulu kita
Yang luar biasa
Tipis kulit pipimu adalah samudera yang meyadarkanku akan lelah
Yang rajin menyapa setiap waktuku di sini
Ceruk bibirmu adalah senja merah lunasi utang rinduku yang sesak
Yang juga dahulu,,, dahulu sekali adalah taman tempat bunga bermekar
Dan aku adalah pangeran kumbang yang setia sujud di kelopak-kelopaknya
Pergi membawa sebakul doa
Pulang bersama sajak tentang susu dan madu dari tangkaimu
Namun
Sekarang mungkin tak terdengar lagi doa-doaku
Yang kugantung di setiap kelopakmu tempat yang biasa ku sembah
Itu benar,
karena aku terlalu sendiri membangunkan istana di sini
untuk suatu saat nanti kupetik seluruh tubuhmu
Dan meminangmu tepat di taman tempat kawananmu jua bermekar

Bungaku, seandainya waktu di sini tak segelas pun sibuk
Aku akan menemanimu sampai waktu melepaskan nafas dari pelukan kita

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Di depan fotomu, 03 Sept. 2017

Tentang Jauhmu

Aku tak pernah merasakan sakit
kala Kau atau siapa pun pergi
Karena aku punya banyak kata untuk
menjahit sobekan rindu waktu
yang mungkin terpenggal jauh
di bawah kolong langit yang bebas
sangat sederhana kubuat
termasuk mengamati botol-botol parfum
yang terlanjur subur dalam ingatanku
masih sempurna wangi badanmu yang kusimpan di gelas-gelas kamar ini
aku dan bau parfummu saling berbagi semaunya
meski pun banyak hal yang tak kurasakan lagi
Termasuk caramu menyusun kata-kata untuk memanggil hasratku
Hangat pelukkanmu terlalu biasa buat seorang penyair seperti diriku
yang sekarang dirangkul sunyi

Kau tau
Waktu-waktu masih utuh di sini
Memasukan rindu ke dalam cangkir yang masih terpisah jauh
pada tahun-tahun genit yang kita pecahkan bersama
pada balon-balon di depan asmara kita
kala musim hujan datang dan
musik kesukaan hujan memanggilnya untuk bertarung
pada tubuh-tubuh debu pedangnya menyusun puisi
untuk kau datang dan memberikan kecupan yang lain dari biasanya
melebihi deras wangi badanmu

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Sekretariat IMAMM, September 2017

Surat untuk Genes

Genes, sungguh lain tidak ada kau di kamar ini
Buku buku telah habisku baca sejak kau pergi
namun belum tersusun kembali
Tunggu kau pulang
Agar kita bisa sibuk berdua di kamar ini
Merapikan buku – buku dan sengaja menghimpitkan tangan
Karena halus tanganmu tak bertepi
Membuat hasratku tak pernah mati
Aku ingin kau segera ada di sini
Mendengarkan musik kesukaanmu
Sambil memperhatikan alis matamu yang unik
Dan menunggu lama…
Sangat lama…
Sambil meregukan secangkir harapan
Agar kau cepat berbisik untuk mematikan suara apa pun
Termasuk musik, gesekan pintu atau suara angin yang terlalu ribut
Agar kita segera berenang bersama di laut sepi kamar ini

Sekretariat IMAMM, selasa 29 Agustus 2017

Tedy Ndarung, lahir di Lambur, Manggarai Barat. Sekarang studi Filsafat di Ledalero.

Related Posts

1 of 120