NUSANTARANEWS.CO – Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim terbesar di nusantara yang sangat berpengaruh sejak abad ke-7 tepat tahun 671 M oleh Dapunta Hyang Jayanasa hingga tahun 1025 M dan ada yang menyebut sampai abad ke-13. Wilayah kekuasaan kerajaan ini meliputi Sumatera, Semenanjung Melayu, Jawa bagian Barat, Kalimantan Barat, dan bahkan sampai ke Thailand, Philipina, dan juga Kamboja.
Bukti-bukti sejarah yang menunjukkan wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya bisa ditemui di Palembang. Di mana Palembang zaman dulu pernah menjadi ibu kota kerajaan Bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara tersebut contohnya adalah Museum Bala Putera Dewa yang menyimpan Tempayan Kubur. Peninggalan sejarah ini merupakan tempat mengumpulkan tulang belulang orang yang sudah meninggal di zaman kerajaan Sriwijaya.
Masa keemasan kerajaan Sriwijaya ketika pucuk kekuasaan dipegang oleh Sri Maharaja Balaputradewa. Sehingga kerajaan ini begitu banyak meninggalkan jejak sejarah seperti candi Muarajambi di Jambi, candi Muara Takus di Riau, dan ribuan candi lainnya disepanjang bukit barisan terutama bukit Raje Mandere, kabupaten Kaur, Bengkulu. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para sejarawan dan arkeolog untuk menemukannya.
Selain bukti-bukti peninggalan di Nusantara, bukti-bukti di Asia Tenggara seperti Thailan pun kini telah mulai terang. Di wilayah Chaiya Thailand yang berhasil ditaklukan oleh kerajaan Sriwijaya dibuktikan dengan bentuk pagoda chatrom di Chaiya. Baru-baru ini di Thailand kembali ditemukan jejak kekuasaan Sriwijaya yaitu wilayah Surat Tani yang merupakan provinsi terbesar di wilayah Thailand Selatan.
Surat Thani menurut hasil penelitian sementara menunjukka bahwa di sekitar abad ke-10 merupakan ibukota provinsi Kerajaan Sriwijaya di Thailand. Wilayah yang menjadi kekuasaan Sriwijaya di masa kejayaannya itu, membuat Surat Thani menjadi kota yang berkembang cukup pesat. Sehingga kelak dikadikan sebagai ibukota provinsi yang letaknya sekitar 685 Km dari Bangkok.
Adapun bukti-bukti sejarah yang menunjukkan Surat Thani sebagai wilayah kekuasaan kerajaan Sriwijaya, menurut informasi yang dihimpun detikTravel, Kamis (2/6/2016) adalah kuil-kuil yang usianya mencapai ratusan tahun. Kuil ini memiliki kaitan erat dengan Kerajaan Sriwijaya yang merupakan Kerajaan Buddha terbesar di Nusantara bajkan asia tenggara.
Bukti sejarah semakin kuat, dengan agama mayoritas yang dianut oleh warga Thailand khususnya di Surat Thani. Selain itu terdapat puing-puing reruntuhan kuil atau vihara kuno di komplek Vihara Kaew, Surat Thani. Bukti semakin kuat dengan adanya patung Buddha dengan kondisi yang sudah rusak di dalam komplek.
Pada mulanya Surat Thani bernama Bandon yang berarti desa yang terletak di atas ketinggian. Surat Thani yang secara harfiah berarti, ‘Kotanya Orang-Orang Baik’ adalah nama yang diberikan oleh Raja Vajiravudh (Rama VI) pada tahun 1915. Surat Thani terinspirasi oleh Kota Surat di India yang pernah dikunjungi oleh Raja Vajiravudh sebelumnya. Sang raja begitu terkesan dengan Kota Surat sehingga memutuskan untuk mengganti nama Bandon menjadi Surat Thani.
Sebagai informasi, di Thailand, selain Surat Thani yang menjadi wilayah peninggalan Kerajaan Sriwijaya, ada juga Vihara Wat Phra Mahathat di Nakhon Si Thammarat, Bangkok. Sebab menurut Presiden Dewan Komite Dhammaduta Indonesia Bhante (Biksu) Wongsin Labhiko Mahathera di acara Roadshow di vihara-vihara Thailand yang digelar Kementerian Pariwisata RI dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Rabu (20/4/2016) lalu, ajarab Budha berkembang di Thailand setelah berkembang di masa kerajaan Sriwijaya. (Sel)
Baca juga:
Melirik Potensi Wisata Ziarah
Barus, Peradaban dan Pintu Gerbang Masuknya Islam di Nusantara
Menikmati Wisata Sejarah di Pulau Penyengat
Wisatawan Inggris Mulai Ramai Kunjungi Wisata Nusantara