Surat Kabar
Usai membaca syair
Kembali ku dengar sapamu
Disertai isyarat purnama memancar
Di setiap malam jikala sunyi
Sesekali detak kerontang
Pada aliran jantung
Disertai rintih rindu
Yang kerap kali menyisakan pilu
Kembali aku memanggil namamu; Penafsir Sunyi
Simpang Jalan B/26, 2019
Syair Malam
;S.F.
Malam ini sendiri
Sunyi menyelimuti
Awan gelap berdatangan
Menutupi bintang gemerlapan
Tak ada yang menafsirkan
Padahal sang penyair
Ingin bersajak tentang kerinduan
Kepada lelaki yang hidup di seberang
Lubangsa, 2019
Rindu
;Fina
Gerimis kembali datang
Dengan semerbak rindu
Yang menghantarkan pilu
Gerimis kembali datang
Mengajak penyair merajut kata
Yang sempat terluka dan tersiksa
Tuhan…
Sembuhkanlah
Gadisku yang terluka parah
Annuqayah, 2019
Isyarat Luka
Ku harap kau pulang
Di saat dingin mulai datang
Bersama angin yang bertandang
Aku rindu kata-katamu
Aku rindu aura wajahmu
Sebab hatiku gersang
Tak ada tangis dalam derita
Yang menjerit karena lama tak jumpa
Yang ada hanyalah luka
Terbalut oleh air mata
Ku harap kau pulang
Dengan segenggam cerita
Mengobati hatiku yang terluka
Yang terbunuh oleh rindu
Masa, 2019
Untukmu yang Ku Panggil Mama
Mama,
Aku rindu celotehmu
Yang kerap kali kau memanggilku kakak
Dengan kata-kata gombal
Menghantarku ke kota asmara
Setiap malam tiba
Bersama purnama yang menyinari sanubari
Sepi, sunyi, sendiri
Kau datang sembari memanggilku kakak
Berharap aku bisa bercerita
Tentang merpati yang mulai tumbuh dewasa
Yang sore hari pergi tinggalkan kita
Untukmu yang ku panggil mama
Seribu permohonan maaf aku haturkan
Kepadamu yang cantik dan menawan
Atas kata-kata yang menyakitkan perasaan
Sebab kata mama tak lagi dirindukan
Gapura, 2019
Di Pelaminan
Pejamkan matamu
Agar terlihat jelas indahnya malam
Dengan sinar rembulan di dadakku
Annuqayah, 2019
Proklamator Cinta Bulan Agustus
Dia…
Putri sang pesulap
Menyulap sebagian hidupku di simpan dalam buku
Kata-kataku kau sulap menjadi satu kalimat
Tulisanku kau simpan di antara puing-puing yang bernafas
Alasannya sangat sederahana
Takut ada yang tahu
Untuk bunga yang pernah tumpuh dalam laut hatiku
Aku juga ingin menyulap senyummu
Akan disimpan pada senja itu
Agar…
Anak-anakku bisa menyaksikan senyummu bila bermain layang-layang setiap sore nanti
Tawa dan senyummu menghias hari-hariku
Ucapanmu menutradarai sanubariku
Namamu menjadi nyanyian dalam sajakku
Rumah-rumah kecil ku bangun di bawah alismu
Ku tanam bunga-bunga di antara kedua sudut bibirmu
Sebab…
Bunga itu akan tumbuh dengan sempurna
Karena, setiap kecupan mengeluarkan madu
Mengalir di antara bunga-bunga itu
Imajenasiku mengembara
Mencari makna yang indah
Dalam setiap cerita yang kau curhatkan
Gapura, 2019
Mantra Biru
Kitab di tangan kanan
Dupa di tangan kiri
Menyihirku yang terbunuh oleh rindu
Hinamu ingin menyulap diriku menjadi boneka
Hingga aku tak bisa menafsirkan sebuah makna
Hingga aku tak kuasa berkata
Untuk menyulam kata demi kata
Menjadi sastra
Setiap kau menatapku
Ku balas menatap bunga-bunga di mukamu
Melihat kupu-kupu berkejaran di matamu
Dan…
Di bibirmu itu
Ada madu yang meracuniku
Memabukkan kesadaran
Melupakan keberadaan
Siapakah diriku?
Aku tak lagi mengingatnya
Siapakah dirimu?
Aku telah melupakannya
Gapura, 2019
Tentang penulis:
Jeans Tollenar XII, siswa kelas akhir di MA 1 Annuqayah. Sekarang nyantri di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa. Dan termasuk penggerak Kompas (Komunitas Menulis Pasra), Pasra, dan Ikstida tempat bernaung untuk menjadi organisatoris sejati.