Puisi

Surat Kabar dan Syair Malam

puisi, kumpulan puisi, puisi indonesia, penyair indonesia, nusantaranews, surat kabar pagi, menanti datangmu, fadhil sekennies
Surat Kabar Pagi, Menanti Datangmu. (Foto: Ilustrasi/IST)

Surat Kabar

Usai membaca syair
Kembali ku dengar sapamu
Disertai isyarat purnama memancar
Di setiap malam jikala sunyi
Sesekali detak kerontang
Pada aliran jantung
Disertai rintih rindu
Yang kerap kali menyisakan pilu
Kembali aku memanggil namamu; Penafsir Sunyi

Simpang Jalan B/26, 2019

Syair Malam
;S.F.

Malam ini sendiri
Sunyi menyelimuti

Awan gelap berdatangan
Menutupi bintang gemerlapan
Tak ada yang menafsirkan
Padahal sang penyair
Ingin bersajak tentang kerinduan
Kepada lelaki yang hidup di seberang

Lubangsa, 2019

Rindu
;Fina

Gerimis kembali datang
Dengan semerbak rindu
Yang menghantarkan pilu

Gerimis kembali datang
Mengajak penyair merajut kata
Yang sempat terluka dan tersiksa

Tuhan…
Sembuhkanlah
Gadisku yang terluka parah

Annuqayah, 2019

Isyarat Luka

Ku harap kau pulang
Di saat dingin mulai datang
Bersama angin yang bertandang

Aku rindu kata-katamu
Aku rindu aura wajahmu
Sebab hatiku gersang
Tak ada tangis dalam derita
Yang menjerit karena lama tak jumpa
Yang ada hanyalah luka
Terbalut oleh air mata

Ku harap kau pulang
Dengan segenggam cerita
Mengobati hatiku yang terluka
Yang terbunuh oleh rindu

Masa, 2019

Untukmu yang Ku Panggil Mama

Mama,
Aku rindu celotehmu
Yang kerap kali kau memanggilku kakak
Dengan kata-kata gombal
Menghantarku ke kota asmara

Setiap malam tiba
Bersama purnama yang menyinari sanubari
Sepi, sunyi, sendiri
Kau datang sembari memanggilku kakak
Berharap aku bisa bercerita
Tentang merpati yang mulai tumbuh dewasa
Yang sore hari pergi tinggalkan kita

Untukmu yang ku panggil mama
Seribu permohonan maaf aku haturkan
Kepadamu yang cantik dan menawan
Atas kata-kata yang menyakitkan perasaan
Sebab kata mama tak lagi dirindukan

Gapura, 2019

Di Pelaminan

Pejamkan matamu
Agar terlihat jelas indahnya malam
Dengan sinar rembulan di dadakku

Annuqayah, 2019

Proklamator Cinta Bulan Agustus

Dia…
Putri sang pesulap
Menyulap sebagian hidupku di simpan dalam buku
Kata-kataku kau sulap menjadi satu kalimat
Tulisanku kau simpan di antara puing-puing yang bernafas
Alasannya sangat sederahana
Takut ada yang tahu

Untuk bunga yang pernah tumpuh dalam laut hatiku
Aku juga ingin menyulap senyummu
Akan disimpan pada senja itu
Agar…
Anak-anakku bisa menyaksikan senyummu bila bermain layang-layang setiap sore nanti

Tawa dan senyummu menghias hari-hariku
Ucapanmu menutradarai sanubariku
Namamu menjadi nyanyian dalam sajakku

Rumah-rumah kecil ku bangun di bawah alismu
Ku tanam bunga-bunga di antara kedua sudut bibirmu
Sebab…
Bunga itu akan tumbuh dengan sempurna
Karena, setiap kecupan mengeluarkan madu
Mengalir di antara bunga-bunga itu

Imajenasiku mengembara
Mencari makna yang indah
Dalam setiap cerita yang kau curhatkan

Gapura, 2019

Mantra Biru

Kitab di tangan kanan
Dupa di tangan kiri
Menyihirku yang terbunuh oleh rindu

Hinamu ingin menyulap diriku menjadi boneka
Hingga aku tak bisa menafsirkan sebuah makna
Hingga aku tak kuasa berkata
Untuk menyulam kata demi kata
Menjadi sastra

Setiap kau menatapku
Ku balas menatap bunga-bunga di mukamu
Melihat kupu-kupu berkejaran di matamu
Dan…
Di bibirmu itu
Ada madu yang meracuniku
Memabukkan kesadaran
Melupakan keberadaan

Siapakah diriku?
Aku tak lagi mengingatnya
Siapakah dirimu?
Aku telah melupakannya

Gapura, 2019

 

 

 

Tentang penulis:

Jeans Tollenar XII, siswa kelas akhir di MA 1 Annuqayah. Sekarang nyantri di PP. Annuqayah Daerah Lubangsa. Dan termasuk penggerak Kompas (Komunitas Menulis Pasra), Pasra, dan Ikstida tempat bernaung untuk menjadi organisatoris sejati.

Related Posts

1 of 3,050