Traveling

Sungai Alas Aceh Yang Mendunia

Sungai Alas Aceh yang mendunia.
Sungai Alas Aceh yang mendunia/Aktor Leonardo DiCaprio, Adrien Brody dan Fisher Stevens menyeberangi sungai Alas di Aceh/Foto: gunungleuser.or.id

NUSANTARANEWS.CO, Aceh – Sungai Alas Aceh yang mendunia. Pesona alam Indonesia sungguh tak ada habis-habisnya untuk dieksplor. Begitu banyak destinasi wisata alam dengan beragam panorama, baik pantai, danau, sungai, air terjun, dan pegunungan. Tidak mengherankan bila banyak wisatawan luar negeri yang jatuh cinta dengan keindahan alam nusantara.

Bahkan bintang film Hollywood Leonardo DiCaprio sempat berkunjung dan menyeberangi Sungai Alas yang terkenal sangat menantang bagi pecinta arung jeram. Sungai terpanjang di Provinsi Aceh ini mengalir membelah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) hingga ke Samudera Hindia dengan jeram-jeramnya yang menantang bagi pecinta olahraga pemacu adrenalin.

Bagi pemula, pengarungan Sungai Alas dimulai dari Muarasitulan di Kota Kutacane hingga Kota Gelombang. Sedangkan untuk yang profesional, petualangan bisa mengambil rute yang lebih jauh, yaitu mulai dari Angusan dekat Blangkejeran.

Dalam arung jeram, terdapat grade yang merupakan tingkat kesulitan atau level sungai yang dibagi dalam beberapa grade. Grade paling mudah adalah grade 1, sedangkan paling sulit adalah grade 6. Untuk Sungai Alas sendiri, gradenya adalah grade 3 dan 4. Kegiatan arung jeram di Sungai Alas ini bisa memakan waktu 6 jam lamanya.

Selain itu, hutan tropis di kanan dan kiri sungai menambahkan suasana yang liar. Jika beruntung, kita dapat melihat hewan yang sedang turun minum di tepi sungai, seperti monyet, gajah, burung dan rusa.

Beberapa event arung jeram nasional dan internasional pernah diselenggarakan di sana, seperti Aceh Leuser International Rafting Championship tahun 2015.

Asal nama sungai ini sebenarnya berasal dari Suku Alas, yaitu suku asli yang mendiami Kabupaten Aceh Tenggara. Penamaan sungai Alas sendiri dikarenakan sungai ini melintasi seluruh tanah di Masyarakat Alas, masyarakat setempat menamainya dengan Lawe Alas.

Apabila Anda melakukan pengarungan lebih dari satu hari, maka bisa beristirahat dan tidur di tenda-tenda di tepi sungai Alas sambil membakar ikan. Jika Anda memilih menginap sembari merasakan suasana hutan yang asri maka dapat pula bermalam di penginapan pinggir hutan dekat sungai, tepatnya 15 kilometer arah barat dari Blankenjeren, kabupaten Gayo Lues.

Untuk menuju Sungai Alas, kita bisa ditempuh melalui tiga jalur. Pertama, jalur darat dari Medan, Sumatera Utara, melalui Berastagi dengan jarak tempuh 8 jam tetapi jalur ini terbilang kurang baik kondisi jalannya, namun tetap layak untuk kendaraan SUV dan mobil L300. Kedua, melalui jalur udara dari Medan-Kutacane, dan ketiga jalur darat melalui Banda Aceh, Beureun, Takengon, dengan waktu tempuh 14 jam.

Pilihan paling sederhana ke Sungai Alas menggunakan Penginapan di pinggir hutan menyediakan pelayanan makanan terutama di sekitaran Ketambe. Lebih ideal Anda membeli perbekalan makanan dari Kutacane.

Mulailah pengarungan dari Muarasitulan di Kota Kutacane hingga Kota Gelombang yang berdekatan dengan Samudera Hindia Rute ini terbilang tepat untuk Anda yang masih pemula. Sementara itu, husus untuk profesional, Anda dapat menaklukkan arus Sungai Alas bisa mengambil rute lebih jauh, mulai dari Angusan dekat Blangkejeran.

Apabila Anda melakukan pengarungan lebih dari satu hari, maka bisa beristirahat dan tidur di tenda-tenda di tepi sungai Alas sambil membakar ikan.

Jika anda memilih menginap sembari merasakan suasana hutan yang asri maka dapat pula bermalam di penginapan pinggir hutan dekat sungai, tepatnya 15 kilometer arah barat dari Blankenjeren di distrik Gayo Lues. Di sini tersedia beberapa gubuk kayu panggung yang masing-masing menampung dua orang. Setiap pondok mempunyai kamar yang luas dan balkon. Harga menginap per malamnya sekitar Rp70 ribu per orang. Sedangkan untuk sarapan dan makan malam dikenakan biaya tambahan Rp. 50.000.-

Sebelum berpetualang ke sini, anda disarankan untuk membawa berbagai perlengkapan. Beberapa yang tidak boleh ketinggalan adalah, pil Malaria. Pembasmi serangga, garam gehidrasi dan Anda harus memiliki vaksinasi Tetanus yang masih berlaku.

Satu hal yang harus anda, di sini tak ada listrik karena hutan hujan Kedah mendukung Eco-wisata. Masyarakat menggunakan generator untuk berbagai keperluan sehari-hari. Namun jika Anda juga tertarik untuk menjelajahi Bukit Lawang, Anda dapat menemukan akomodasi lain yang dikelola oleh warga setempat. Beberapa di antaranya adalah pengunjung asing yang memutuskan untuk tinggal di sini. (Ach/Alya)

 

Related Posts

1 of 3,049