Budaya / SeniPuisi

Sumpah September

Puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch
SUMPAH SEPTEMBER

Di jalan Merdeka Selatan
Hari ini merah-putih kukibarkan
Dengan gemuruh cinta dan suara merdu empat oktaf Indonesia Raya

Kepada Ibu Pertiwi janji kemerdekaan telah bergetar di sanubari
Menjadi katalog kebudayaan bagi masa depan kebhinekaan

Sepucuk kalam telah menuliskan kata cinta
Pada Sumpah September yang menggelora
Saat gedung jangkung bertuliskan Perpustakaan Nasional itu merayakan pesta
Menyalakan cahaya ilmu dan sinar pengetahuan bagi Indonesia Raya

Sumpah September kuucapkan dengan gegap-gempita
Sebab kemerdekaan yang telah diproklamasikan oleh dwi-tunggal Sukarno-Hatta
Kini menjelma kerja dan karya
Menjadi harapan dan mimpi yang diwujudkan atas nama martabat bangsa

Kusebut Gedung Megah yang berdiri gagah di depan Istana Merdeka ini sebagai Jendela Peradaban Indonesia
Sebab di sinilah harta karun ilmu dan mahkota pengetahuan di buku-buku
Telah ditulis dan akan selalu dibaca oleh generasi emas bangsa Indonesia

Gedung gagah setinggi 24 lantai ini menjadi prasasti
Bahwa kedaulatan bangsa harus berpilar peradaban
Menjaga kehormatan Ibu Pertiwi dengan haluan asah-asih-asuh dalam ilmu dan laku

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Di sinilah tempat diasah jutaan pena
Untuk menuliskan kata-kata penuh kasih
Agar jiwa-jiwa yang disinari ilmu akan selalu mengasuh kehidupan semesta

Sumpah September adalah memuliakan kemanusiaan
Sebagai wujud rasa syukur dalam menunaikan janji proklamasi
Dan kebhinekaan yang harus terus dijaga menjadi marwah Indonesia
Hari ini dan selamanya

(Merayakan Gedung Perpusnas, 14 September 2017)

Baca puisi-puisi HM. Nasruddin Anshoriy Ch di rubrik Puisi (Indonesia Mutakhir).

*HM. Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional. Tahun 1984 mendirikan Lingkaran Sastra Pesantren dan Teater Sakral di Pesantren Tebuireng, Jombang. Pada tahun itu pula tulisannya berupa puisi, esai dan kolom mulai menghiasi halaman berbagai koran dan majalah nasional, seperti Horison, Prisma, Kompas, Sinar Harapan dll. (Selengkapnya)

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 116