Mancanegara

Stabilitas Timur Tengah Tak Menentu, Qatar Beli Peralatan Perang

NUSANTARANEWS.CO – Situasi keamanan di Timur Tengah semakin tidak pasti. Konflik dan perang sepertinya terus mengintai setelah Irak, Suriah dan Yaman luluh lantak akibat nafsu serakah perebutan pengaruh dan kekuasaan di tanah peninggalan para nabi.

Sejauh ini, negara-negara Teluk berkoalisi membangun kekuatan dengan basis kemitraan strategis dengan dalih menjaga kedaulatan dan stabilitas keamanan regional. Di antara Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Kuwait, hingga Mesir, Arab Saudi diketahui menjadi pemimpin koalisinya. Tak jarang, bahkan sudah bukan rahasia lagi, koalisi Arab Saudi kerap melakukan invasi ke sejumlah negara tetangga seperti Yaman yang hingga kini dirundung perang tak berkesudahan.

Celakanya, koalisi Arab Saudi sudah bukan rahasia lagi kerap kali dibantu sejumlah negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat tiap kali melakukan invasi serta terlibat dalam sebuah peperangan. Terbaru, koalisi Arab Saudi yang dibantu beberapa negara Eropa dan AS mengeroyok kelompok Houthi di Yaman dengan dalih kelompok tersebut adalah teroris.

Belakangan, Qatar disanksi Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya, termasuk Mesir. Sekali lagi, dalihnya soal terorisme dan ekstremisme. Padahal sejatinya, Arab Saudi hanya tak suka dengan Qatar yang berhubungan dengan Iran. Dan Iran, seperti diketahui merupakan musuh bebuyutan Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya yang tergabung dalam koalisi.

Baca Juga:  Keluarnya Zaluzhny dari Jabatannya Bisa Menjadi Ancaman Bagi Zelensky

Dendam Arab Saudi terhadap Iran kian kesumat. Sebab, Arab Saudi menghadapi kegagalan besar dalam perang Irak, Suriah dan Yaman. Iran diam-diam melibatkan diri dalam perang di negara-negara tersebut, dan terang-terangan terlibat dalam perang Suriah.

Terbaru, Arab Saudi berencana menggeser perangnya dari Yaman ke Lebanon. Saad Hariri diculik, disuruh mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Lebanon. Alasannya sekali lagi soal teroris. Arab Saudi dan koalisi, termasuk AS dan Israel menuduh pemerintahan Lebanon melindungi kelompok Hizbullah yang konon berafiliasi dengan Iran (Syiah). Alhasil, proxy war mulai disebar di Lebanon agar pasukan koalisi bisa masuk dengan dalih memburu Hizbullah.

Tank palis baja produk prusahaan swasta Perancis, Nexter System yang dibeli Qatar. Foto: Twitter/Nicholas Drummond
Tank palis baja produk prusahaan swasta Perancis, Nexter System yang dibeli Qatar. Foto: Twitter/Nicholas Drummond

Jika perang di Lebanon meletus, Hizbullah akan dikeroyok koalisi Arab Saudi, Israel dan AS. Dan Saad Hariri hanya akan menjadi penonton dari Arab Saudi dan Perancis melihat negaranya dihancurkan dan diberangus!

Melihat eskalasi tersebut, Qatar pasang kuda-kuda untuk pertahanan diri sebagai langkah antisipasi segala kemungkina terjadi di kawasan. Pasalnya, sanksi dna blokade yang dijatuhkan koalisi Arab Saudi terhadap Doha sama seperti tuduhan yang dialamatkan ke Lebanon yakni melindungi dan membiayai kelompok teroris.

Baca Juga:  Atas Instruksi Raja Maroko, Badan Asharif Bayt Mal Al-Quds Meluncurkan Operasi Kemanusiaan di Kota Suci Jerusalem selama Ramadhan

Sebagai salah satu langkah antisipasi, Qatar membeli jet tempur Rafale tambahan sebanyak 12 unit produk Dassault Aviation, Perancis. Negoisasi pembelian Rafale sudah dimulai sejak Presiden Perancis Emmanuel Macron melawat ke Doha awal Desember ini.

Negoisasi Perancis-Qatar terkait rencana pembelian Rafale sebetulnya sudah berlangsung berbulan-bulan. Dan tak hanya jet tempur, Qatar juga tertarik dengan sejumlah kendaraan lapis baja produk Dassault Aviation.

Boeing F-15QA Qatar. Foto: Defense World
Boeing F-15QA Qatar. Foto: Defense World

Surat kabar Perancis La Tribune melaporkan bahwa negara beribukota Paris berusaha mengamankan Qatar untuk pembelian 300 unit kendapaat tempur jenis VBCI. Ini adalah singkatan dari Véhicule blindé de combat d’infanterie 2, atau kendaraan lapis baja untuk infanteri tempur. VCCI ini adalah produk perusahaan Perancis Nexter System. Kendaraan lapis baja ini diketahui sudah diperkenalkan sejak tahun 2015 silam, dan khusus diperuntukkan pelanggan ekspor potensial. Kini, salah satu pelanggannya adalah Qatar.

Sekadar informasi tambahan, VBCI-2 merupakan varian terbaru yang telah dimodernisasi dan ditingkatkan yang dipersenjatai dengan meriam CTAS 40 mm, sebuah stasiun senjata yang dioperasikan dari jarak jauh dan menggunakan rudal MPP.

Baca Juga:  Penghasut Perang Jerman Menuntut Senjata Nuklir

Kemudian, jika Qatar berhasil mendapatkan 12 unit pesawat tempur tambahan dari Perancis ini berarti Doha bakal memiliki sedikitnya 36 unit jet tempur Rafale karena sebelumnya sudah punya sebanyak 24 unit. Tak hanya itu, Qatar juga diketahui sedang dalam proses pengadaan 36 unit pesawat Boeing F-15QA dan telah menandatangani letter of intent untuk memperoleh sedikitnya 24 unit Eurofighter Typhoons. BAE System telah menyediakan 24 unit jet tempurnya ini sejak Oktober lalu, sekaligus menyediakan 6 pelatih jet Hawk.

Kabarnya, BAE System telah menyepakati pengadaan dan kontrak tersebut dengan Doha pada 28 November lalu.

Tak hanya itu, Kedubes Inggris di Doha mengatakan bahwa Qatar Emiri Air Force (QAEF) telah menyiapkan pilot yang akan menerbangkan jet tempur Eurofighter Typhoons. Bahkan para pilot jet tempur Qatar telah diajarkan oleh Skuadron Royal Air Force (RAF) yang mengikuti latihan gabungan dengan jet-jet tempur milik Qatar, yakni Qatari Mirage 2000 di Pangkalan Udara Al-Udeid. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 9