Ekonomi

Solusi Jokowi Terkait Jatuhnya Harga Sawit Dinilai Tak Cerminkan Diri Sebagai Seorang Presiden

kadin nunukan, sawit, komoditas sawit, petani sawit, sawit indonesia, sawit nunukan, sawit kaltara, perusahaan sawit, perusahaan perkebunan, nusantaranews
Petani sawit. (Foto: dok. nusantaranews.co)

NUSANTARANEWS.CO, JakartaHarga sawit tengah anjlok di Indonesia. Tahun ini harga Tandan Buah Segar (TBS) Sawit berkisar antara 500-600 per kilogram. Presiden Jokowi juga mengakui harga sawit sedang sulit. Dalam suatu kesempatan di Jambi baru-baru ini Jokowi menyarankan para petani sawit beralih menanam kopi, kulit manis, jengkol, pete dan manggis.

“Itu omongan kangmas Joko Widodo yang enggak makai mikir, asal ngomong aja seperti tong kosong berbunyi nyaring, dan tidak punya kualitas sebagai Presiden RI, terutama dalam mencari solusi agar bisa meningkatkan harga Tandan Buah Segar (TBS) yang sudah turun sangat drastis,” kata Waketum DPP Gerindra sekaligus Ketua Dewan Pembina Asosiasi Petani Plasma Kelapa Sawit Indonesia (APPKSI ), Arief Poyuono, Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Baca juga: Petani Sawit di Nunukan Menjerit Lantaran Harga Jual Buah Terpuruk ke Angka Rp 400/Kg

Saat harga sawit dan CPO tinggi, kata dia, malah justru ada pungutan ekspor yang nilainya mencapai angka 50 US dollar. Pungutan ekspor itu, kata Arif, oleh Jokowi diberikan kepada para konglomerat sawit yang memiliki industri biodiesel.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Konsultasi Publik Penyusunan Ranwal RKPD Kabupaten Nunukan 2025

“Gilanya lagi, pengunaan dana pungutan usaha perkebunan sawit disalurkan ke industri biodiesel yang katanya untuk subsidi Biodiesel B20 menggunakan Keppres dan Perpu yang melanggar UU No 39 tahun 2014 tentang Perkebunan,” sebutnya.

Menurut Arif, Jokowi jelas meledek para petani dan pemilik kebun sawit yang tidak pernah menikmati penggunaan dana pungutan perkebunan sawit yang diselewengkan itu.

“Pengetahuannya Joko Widodo dalam masalah perkebunan sangat below standard. Pohon jengkol itu untuk memasuki masa panen yang pertama kali baru akan berbuah pada usia 5 tahun​. Dan pohon pete juga memerlukan masa pembibitan hingga 6 bulan dan berbuah baru 4 tahun. Sedangkan sawit itu cuma butuh 2,5-3 tahun sudah bisa produksi,” ungkap Arif.

Baca juga: Dana Pungutan Ekspor CPO Dinilai Kebijakan Jokowi untuk Konglomerat Perkebunan Sawit

Arif menambahkan, bukannya memberikan solusi terkait jatuhnya harga TBS sawit, Jokowi malah berkilah. “Wong petani sawit dan pengusaha kebun sawit butuh sebuah kebijakan pemerintah untuk bisa mencari jalan agar harga TBS bisa kembali ke harga Rp 1200 per kilo yang terus turun di era Joko Widodo hingga Rp 300 per kilogram, kok malah suruh nanam pete sama jengkol,” tuturnya.

Baca Juga:  Pengangguran Terbuka di Sumenep Merosot, Kepemimpinan Bupati Fauzi Wongsojudo Berbuah Sukses

“Ini Presiden sama sekali tidak tahu dampak jatuhnya harga sawit dan CPO terhadapan perekonomian nasional dan pemasukan negara,” katanya.

Dampaknya, lanjtu Arif, jika terus jatuh harga sawit yang pasti akan ada PHK buruh secara besar-besaran di sektor perkebunan sawit, lalu berdampak pada pendapatan petani yang mengarah pada peningkatan kemiskinan petani sawit. Apalagi, katanya, harga sembako di area perkebunan sangat mahal sekali karena kebanyakan di remote area.

Baca juga: Harga Karet Anjlok, Rizal Ramli: Kebijakan Pro Petani Karet Lebih Penting dari Paket Ekonomi Jilid 16

“Dan ancaman kredit macet perbankan pada pinjaman petani plasma sawit dan perusahaan perkebunan sawit akan terjadi,” kata dia.

“Nah, petani sawit dan pemilik kebun sawit sudah tahu kan kualitas Joko Widodo sudah sangat below standard dan enggak punya solusi mengatasi jatuhnya harga sawit. Apa iya sih pantas untuk dipilih kembali?,” ucapnya.

(gdn/wbn)

Editor: Gendon Wibisono

Related Posts

1 of 3,058