Soal USER Asing Pemecah Belah NKRI, Dansesko TNI Berikan Pencerahan

Soal USER Asing Pemecah Belah NKRI, Dansesko TNI Berikan Pencerahan
Soal USER Asing Pemecah Belah NKRI, Dansesko TNI Berikan Pencerahan. Letnan Jenderal (Letjen) TNI Agoes Sutomo ketika menjabat Dansesko TNI (2016-2017).

NUSANTARANEWS.CO – Soal USER asing pemecah belah NKRI. Komandan Sekolah Staf dan Komando (Dansesko) Tentara Nasional Indonesia (TNI) Letnan Jenderal (Letjen) TNI Agoes Sutomo menegaskan bahwa TNI tetap setia kepada NKRI dan rakyat.

“Masyarakat harus yakin bahwa TNI tetap setia pada NKRI dan Rakyat. TNI tahu kapan saatnya mengambil sikap kalau negara memang dalam keadaan genting,” tegas Agoes Sutomo kepada media baru-baru ini seperti dilansir Media Patriot Bhayangkara, Sabtu (31/12/2016).

Sebagai pernyataan pencerahan, Agoes menyampaikan rangkuman materi Geopolitik dan Geostrategi Indonesia dalam kaca mata intelijen yang dipaparkan di Batam, 29 Desember 2016 lalu.

“Kalau kita mendengar presentasi Panglima TNI tentang perspektif ancaman pada ILC (Indonesian Lawyer Club) yang lalu maka kita akan paham kenapa Indonesia menjadi sasaran target incaran negara maju di dunia,” ujar Agoes.

Menurut Dansesko Letjen TNI ini, kekuatan asing yang mengincar Indonesia sangat berharap Indonesia rusuh, perang saudara seperti Suriah sekarang.

“Untuk itu mereka telah melakukan skenario (ibarat lingkar obat nyamuk) secara sistematis melakukan proxy war pelemahan Ketahanan Nasional Indonesia dari masa ke masa secara bertahap dan halus,” ungkapnya.

“Pelemahan sistem pertahanan kita itu meliputi semua bidang. Mulai dari ekonomi, politik, hukum, peraturan perundangan, sejarah, media informasi, pergeseran watak prilaku bangsa, gaya hidup, institusi pemerintah, termasuk pelemahan TNI baik secara fungsi maupun wewenang,” sambung Dansesko.

Pelemahan sistem pertahanan ini, terang Agoes, tentu melalui operasi intelijen masif dan terstruktur. Ada USER (State/non state (negara/kelompok elit)), ada AGENT HANDLE, di bawahnya AGENT ACTION, di bawahnya lagi INFORMAN berlapis.

Menurutnya, tiap struktur dan bahagian ini bergerak menurut tupoksinya masing masing, di mana diantara sesama merekapun tidak saling mengenal. Yang tahu hanya “SANG USER”.

“Mereka dibayar, dilatih untuk melakukan operasi-operasi cipta kondisi bahkan sabotase dengan bantuan dana tanpa batas serta dukungan power politik yang kuat.”

Masing-masing agen ini, lanjut Agoes, masuk melebur ke dalam sendi-sendi kehidupan bernegara kita. Ada yang masuk dan menjadi tokoh negarawan, dosen, pengamat, pejabat publik, institusi pemerintahan (Eksecutive, legislatif, yudicative), dunia perbangkan, dunia perfilman, bahkan sampai ke istana dan tubuh TNI-POLRI sekalipun.

Agent handle sebagai pengendali, Agent action sebagai eksekutor, informan sebagai pengumpul informasi lapangan. Masing-masing agent ada yang bergerak sebagai pendukung kontra pihak ketiga dari pemerintahan,” jelasnya.

Kemudian, kata dia, semua bergerak dalam rangka mengamankan setiap kepentingan USER di Indonesia. Salah satu contoh yang marak sekarang adalah bagimana merekayasa terjadi gejolak kerusuhan di Indonesia.

“Untuk menciptakan gejolak masing-masing agent bergerak untuk menanamkan rasa saling benci, saling curiga, saling buruk sangka, diantara sesama anak bangsa. Baik antar suku, antar agama, antar ormas, antar ulama antar pengamat, antar kampus, antar parpol, antar tokoh bangsa. Termasuk antar institusi kita. Semua seolah dipaksa dan digiring kepada satu titik yaitu PERANG. Sekecil apapun masalah akan di peruncing dan diprovokasi. Timbal balik,” papar Agoes.

Tujuannya hanya satu, terang Dansesko, yaitu menjadikan anak bangsa menjadi bangsa yang sinis, egois, ambisius, sadis, anti kebersamaan. “Kita dijauhkan dari sifat asli bangsa Indonesia seperti: Pejuang, militan, pemberani, kuat, kompak, suka bermusyawarah, dan gotong royong.”

Jadi, lanjutnya, kalau ada kejadian di sekitar kita yang di luar kewajaran itu adalah salah satu bentuk hasil kerja para agen tersebut.

“Perang saudara adalah hal yang sangat diinginkan USER asing terhadap indonesia. Agar kita akhirnya terpecah belah, hancur lebur, lemah untuk kemudian mereka kuasai,” terangnya.

Tidak hanya itu, Dansesko Letjen TNI Agoes Sutomo juga menawarkan solusi sebagai pencerahan bagi kita semua. Berikut solusi yang disampaikan:

1. Jadilah kita kembali menjadi jati dirinya orang Indonesia. Sebuah kesadaran kolektif senasib satu bangsa dan satu rasa cinta tanah air. Tak ada pandang SARA. Kita adalah sebuah bangsa yang kuat dan bersaudara.

2. Jangan mau terpancing untuk menjadi “Tidak Waras” (Sesuai keinginan USER) untuk punya keinginan saling bunuh, saling memerangi, saling menghabisi antar sesama anak bangsa. Persoalan politik diselesaikan dengan cara politik yang moderat.

3. Kalau Indonesia pecah perang saudara, banyak negara sekitar kita yang tepuk tangan dan bahagia.

4. Secara politik konstitusional. Tidak ada sebaik kembali lagi kepada UUD 1945 dan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Karena itu di buat oleh para Founding Father kita melalui sebuah perenungan, pemikiran, dan penghayatan yang sangat dalam sesuai dengan kondisi bangsa.

5. Ikat kembali rasa persatuan sesama anak bangsa. BUNUH segala bentuk skenario para USER tersebut dengan tidak mudah terpancing, dan justru merekat kembali rasa persaudaraan.

6. Bagi pemuda-pemuda idealis dan nasionalis. Mari ikut berjuang mengambil peran dan posisi strategis negara untuk melakukan perbaikan moral dan cita cita bangsa.

7. Percayalah TNI tetap solid dan setia terhadap NKRI. Bersama Rakyat TNI Kuat. TNI tahu kapan saat yang tepat untuk mengambil sebuah keputusan disaat negara genting. (ed. Banyu).

*Artikel sudah pernah ditayangkan pada 1 Januari 2017 dengan judul yang sama.

Sumber: Inveatigasi MPB/Serma Dalimun,Babinsa Jakasetia 71/kranji/MediaPatriotBhayangkara
Exit mobile version