HankamTerbaru

Soal SAGL dan 5.932 Peluru, Boleh Jadi Polri Telah Bohongi Publik

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kapuspen TNI, Mayjen Wuryanto mengungkapkan bahwa amunisi tajam yang diimpor Polri dari Bulgaria adalah berbahaya dan mematikan. Amunisi yang belakangan diketahui tipe RLV-HEFJ (High Explosive Fragmentation Jump Grenade), jenis peluru yang memang selalu dibeli bersamaan dengan SAGL 40 mm.

RLV-HEFJ adalah tipe peluru yang mampu memberikan tindakan efektif untuk menyerang musuh di daerah terbuka pada jarak 40 meter hingga 400 meter.

Mayjen Wuryanto menjelaskan secara detail amunisi mematikan tersebut. Pertama, setelah meledak peluru tersebut akan pecah dan mengeluarkan sepihan-serpihan kecil dan tajam. Jika serpihan itu terkena tubuh, bisa mengakibatkan kematian.

Kedua, amunisi granat tajam yang dibeli Polri bisa meledak sendiri tanpa berbenturan setelah 14 detik lepas dari pelontarnya (SAGL).

Ketiga, peluru berbentuk granat itu bisa melukai orang banyak dan menghancurkan orang di perkubuan.

Penjelasan detail dari Mayjen Wuryanto ini sangat kontras dengan penjelasan Polri dan Kakorps Brimob beberapa waktu lalu. Sehingga tak berlebihan jika Polri diduga melakukan pembohongan publik.

Baca Juga:  Kondisi Jalan Penghubung Tiga Kecamatan Rusak di Sumenep, Perhatian Pemerintah Diperlukan

BACA JUGA: Polri Diduga Lakukan Kebohongan Publik

Catatan redaksi, ada beberapa hal kontras dari sejumlah penjelasan Polri dibandingkan perincian yang disampaikan Mayjen Wuryanto.

Pertama, tiga hari sebelum SAGL kaliber 40 mm dan 5.932 butir amunisi tiba di tanah air, Polri mengaku tidak ada impor senjata.

Kedua, KaKorps Brimob Polri Irjen Pol Murad Ismail mengatakan SAGL kaliber 40 mm adalah senjata kejut dan tidak mematikan.

Ketiga, KaKorps Brimob Polri Irjen Pol Murad Ismail mengatakan SAGL keliber 40 mm tidak memiliki kemampuan untuk menghancurkan sesuatu seperti tembok, padahal senjata tempur ini di-setting untuk menghancurkan tembok atau melumpuhkan musuh yang bersembunyi di balik benda keras.

RLV-HEFJ (High Explosive Fragmentation Jump Grenade). (Foto: Arsenal JSCo)
RLV-HEFJ (High Explosive Fragmentation Jump Grenade). (Foto: Arsenal JSCo)

BACA JUGA: SAGL, Senjata Jenis SAGM untuk Keperluan Prajurit Tempur

Keempat, senjata tersebut bisa menggunakan peluru karet, peluru hampa, peluru gas air mata dan peluru asap. Padahal, peluru efektif SAGL kaliber 40 mm ada delapan tipe di antaranya 40×46 mm RLV-HEF, 40×46 mm RLV-HEF-1, 40×46 mm RLV-HEFJ, 40×46 mm RLV-HEDP-1, 40×46 mm RLV-TB, 40×46 mm RLV-AD, 40×46 mm RLV-P, dan 40×46 mm RLV-TPM.

Baca Juga:  Dukung Peningkatan Ekonomi UMKM, PWRI Sumenep Bagi-Bagi Voucher Takjil kepada Masyarakat

Kelima, 280 SAGL kaliber 40 mm diakui Polri adalah pengadaan yang ketiga kalinya sejak 2015 silam. Artinya, Polri memang sudah sejak lama mempersenjatai personilnya dengan senjata standar militer. Jika tugas Polri adalah Kamtibmas seperti amanat UUD 1945, berarti senjata-senjata itu dipergunakan untuk menghabisi masyarakat.

BACA JUGA: TNI: Amunisi Pelontar Granat Milik Brimob Ternyata Lebih Mematikan dari Milik TNI

Menurut Mayjen Wuryanto, TNI yang notabene adalah unit kombatan (tempur) justru tidak dipersenjatai layaknya Polri. Dalam keterangannya di Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (10/10), Mayjen Wuryanto mengungkapkan TNI bahkan tidak punya SAGL kaliber 40 mm.

(Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews)

Related Posts

1 of 2