Budaya / SeniKhazanah

Soal Puisi Esai Denny JA, Fadli Zon: Itu Bukan Temuan Baru

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Sejumlah sastrawan Indonesia belakangan gencar melancarkan penolakan terhadap proyek buku puisi esai dengan sponsor tunggal Denny JA. Proyek buku puisi esai ini oleh pihak penyelenggara diklaim sebagai lahirnya angkata puisi esai di Indonesia yang dipelopori oleh Denny JA.

Anggota Dewan Redaksi Majalah Horison, Fadli Zon menilai apa yang disebut-sebut sebagai “puisi esai” itu telah ada sudah jaman dulu. Sejak abad ke-18, kata Fadli, karya sastra berbentuk puisi esai sudah ada.

“Kalau saya yang juga berkecimpung di bidang sastra melihat puisi yang disebut dengan puisi esai itu puisi yang sudah lama. Dari jaman dulu ya sudah begitu,” kata Fadli, redaktur majalah sastra horison dari 1993 sampai sekarang itu kepada jurnalis NUSANTARANEWS.CO, di Hotel Sari Pan Pacific, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (18/2/2018).

Menurut Fadli, di abad ke-18 penyair ternama Rusia Alexander Sergeyevich Pushkin telah melahirkan puisi-puisi serupa yakni novel sanjaknya, Eugene Onegin atau “Yevgeniy Onegin” (1825-1832).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

“Kalau kita baca sastra Rusia, itu yang namanya Pushkin, Alexander Pushkin di abad ke-18 sudah menulis puisi esai. Puisinya (novel bersanjak, -redaksi) yang paling terkenal ‘Eugene Onegin’,” kata Politisi yang seringkali nulis puisi intrik politik itu.

Fadli pun tidak setuju jika Denny JA sebagai penemu puisi esai. Karena bagi Fadili, novel bersanjak “Eugene Onegin” buah karya yang paling disukai oleh penulisnya sendiri yakni Pushkin bisa disebut puisi esai.

“Kalau menurut saya ya nggak lah, itu bukan suatu temuan baru ya. Itu dari abad ke-18 sudah ada,” tegas Fadli.

Selain Pushkin, lanjutnya, Federico García Lorca yang banyak mengilhami karya-karya Rendra masa awal juga menulis puisi balada yang bentuknya seperti puisi esai. Bahkan, kata dia, sajak-sajak karya Rendra juga nyaris seperti puisi esai.

“Federico García Lorca itu yang selalu dipakai (dibaca, -red) oleh Rendra, orang (Lorca, -red) yang disukai itu puisinya puisi esai. Rendra sendiri (juga menulis seperti) Sajak Sepatu Tua, Blues untuk Bonie, Nyanyian Angsa, Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, puisinya puisi esai semua,” kata Fadli.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Pewarta: Achmad S.
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 54