Ekonomi

Soal Impor Gula, Rizal Ramli: Presiden Pidato Kedaulatan Pangan Tapi Angkat Menteri Doyan Impor

Rizal Ramli (Foto Dok. Nusantaranews
Rizal Ramli (Foto Dok. Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan Menteri Ekonomi era Presiden RI Gus Dur Rizal Ramli memuji visi Trisakti yang dibawa Presiden Joko Widodo. Tetapi, itu pada awal permulaan memimpin Indonesia. Akhirnya, pujuan Ekonom senior ini pupus tatkala Jokowi mengangkat Menteri-Menteri yang dinilai anti terhadap Trisakti.

“Mas @jokowi pada awalnya bagus sekali, visi Trisakti. Tapi kemudian angkat mentri2 yg dasarnya anti-Trisakti. Pidato bolak-balik ttg kedaulatan pangan, tapi angkat mentri doyan impor pemburu rente. Menyerah thd tekanan partai2 conflict-of-interest,” kata Rizal Ramli melalui aku twitter @RamliRizal, Kamis (10/1/2019).

Rizal Ramli menyampaikan hal itu untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio yang diunggah di akun media sosialnya.

Baca Juga:  Membanggakan di Usia 22 Tahun, BPRS Bhakti Sumekar Sumbang PAD 104,3 Miliar

“Mmmm kok gitu ya? Impor ya? Kok Impor mau pemilu? Kan justru gak bagus buat @jokowi ini, peluru untuk @prabowo. Saya yakin 01 paham ini, tapi mengapa tetap impor? Kita colek Bang @RamliRizal,” tulis @satriohendri.

Hendri Satrio mempertanyakan kebijakan Pemerintah dalah hal ini Kementeria Perdagangan yang melakukan impor gula menjelang Pemilu 2019. Dimana kebijakan impor komoditas gula tersebut dikritik keras oleh ekonomi Faisal Basri.

Melalui cuitannya di media sosial Twitter, Faisal menyebut Indonesia mendadak menjadi pengimpor gula terbesar di dunia menjelang pemilu 2019. Dia menunjukkan data negara-negara pengimpor gula utama dunia sepanjang 2017/2018. Hasilnya, Indonesia duduk di urutan pertama dengan mengimpor sekitar 4,45 juta metrik ton gula selama periode tersebut. Volume ini melebihi impor gula China sebesar 4,2 juta metrik ton dan AS yang mencapai 3,11 juta metrik ton.

“Praktek rente gila-gilaan seperti ini berkontribusi memperburuk defisit perdagangan,” tulis Faisal.

Baca Juga:  Kebutuhan Energi di Jawa Timur Meningkat

Faisal menegaskan, pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk menekan defisit neraca dagang, kecuali memerangi praktek ini dan memecat Menteri Perdagangan. Tak hanya itu, sebelumnya Faisal juga menyoroti harga eceran gula di Indonesia yang menurutnya lebih mahal 2,4-3,4 kali lipat dibandingkan harga gula dunia sepanjang Januari 2017 – November 2018.

“Impor gula rafinasi membanjir. Pemburu rente meraup triliunan rupiah. Mengapa semua diam?” cuitnya.

Faisal menunjukkan perbandingan pergerakan harga gula dunia yang bersumber dari data Bank Dunia dengan harga gula di pasar domestik yang bersumber dari data BPS. Data tersebut menunjukkan, harga eceran gula dunia bergerak turun dari US$ 0,45 per kg di Januari 2017 ke level US$ 0,28 per kg di November tahun lalu.

Adapun harga gula di Tanah Air pada Januari 2017 rata-rata senilai US$ 1,1 per kg dan terus bergerak turun mencapai US$ 0,85 per kg di November 2018. Benarkah apa yang dipaparkan Faisal Basri tersebut?

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Konsultasi Publik Penyusunan Ranwal RKPD Kabupaten Nunukan 2025

Pewarta: Roby Nirarta
Editor: M. Yahya Suprabana

Related Posts

1 of 3,156