Gaya Hidup

Soal Award LGBT, PB HMI: Indonesia Jangan Seperti Negeri Pompei

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Sekretaris Jenderal PTKP Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Agus Harta menyatakan, bangsa Indonesia serasa sudah kehilangan Arus Jatidirinya, saat menyikapi persoalan amoral yang mengancam pembangunan peradaban berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

“Menyikapi Lesbian, Gay Biseksual & Transgender (LGBT) Mentri Agama dirasa gagal paham terhadap nilai-nilai Pancasila, tidak mampu meluruskan persoalan karakter kemanusiaan dan keummatan yang beradab. Seharusnya pemerintah memperbaiki sifat manusia Indonesia yang sudah keluar dari hakikat penciptaannya,” kata Agus Harta kepada media, Jakarta, Selasa (19/12/2017).

Menurut dia, Laki-laki yang sudah kehilangan sifat kelakiannya (Homo) dan perempuan yang sudah kehilangan sifat keprempuanannya (Lesbi) yang mana mereka berhimpun menjadi Forum LGBT, sangat aneh jika pemerintah dalam hal ini Mentri Agama melegalkan Forum LGBT dengan penganugrahan award LGBT.

Baca: Ramai Dibicarakan Sebagai Pendukung LGBT, Ini Tanggapan Menteri Agama

“Agama manapun saya pastikan menolak perbuatan LGBT. Kembali melihat peradaban dunia ada suatu negri bernama pompei, yg pernah ada dan menghilang, negri pompei mengisahkan rusaknya moral penduduk tersebut. Pompei modern telah dimodifikasi di Indonesia yang dikenal jaman now adalah (LGBT),” terang Agus.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Dan satu negri pompei tersebut, tambahnya, hilang terkena malapetaka bencana alam yang begitu Dahsyat. “Indonesia jangan seperti Negri Pompei,” harapnya.

Ditambahkan Agus, cita-cita Bung Karno dan para pendiri negri ini telah dirusak oleh pejabat milenial. Bayangkan jika Mentri Agama menginginkan seorang Cucu, ternyata Anaknya Nikah sesama Jenis (Homo/Lesbian) apakah akan tercapai cita-cita Mentri Agama untuk memiliki seorang Cucu? “Pesan ini berlaku kepada dan untuk siapapun. Jadilah Manusia Yang Beradab. Tegakan Pancasila,” tandasnya.

Pewarta/Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 22