Shaista Waiz, Pilot Sipil Wanita Pertama Afghanistan

Shaista Waiz telah menjadi pahlawan bagi banyak wanita muda Afghanistan. (Foto: Ivan Flores/The Independent)

Shaista Waiz telah menjadi pahlawan bagi banyak wanita muda Afghanistan. (Foto: Ivan Flores/The Independent)

NUSANTARANEWS.CO, Kabul – Shaista Waiz adalah pilot sipil wanita pertama asal Afghanistan. Waiz merupakan wanita Afghanistan pertama yang terbang ke seluruh penjuru dunia sendirian. Dia memulainya di Florida pada 13 Mei dan sejauh ini telah berhasil mencapai 11 destinasi.

Waiz berhenti di 24 pemberhentian dalam penerbangannya sebelum tiba kembali di Florida pada bulan September di atas Beechraft Bonanza A36 tahun 2001 silam.

Meski lahir di Afghanistan, Waiz adalah pengungsi yang lolos dari perang melawan Soviet 30 tahun lalu dan dibesarkan di Amerika Serikat. “Kabul tidak masuk daftar dalam jadwal perjalanan saya, tapi saya selalu berencana datang ke Afghanistan,” kata Waiz kepada The Independent.

“Saya tidak bisa menerbangkan pesawat terbang di sini karena terlalu tinggi, tapi saya benar-benar sangat ingin melihat Afghanistan jadi saya meninggalkan pesawat di Dubai dan melakukan penerbangan komersial ke sini (Afghanistan). Saya harus datang dengan satu atau lain cara,” sambung Waiz.

Shaista Waiz mengumpulkan uang untuk wanita muda Afghanistan agar berpendidikan lebih baik. (Foto: Ivan Flores/The Independent)

Bagi Afghanistan, Waiz adalah seorang selebriti. Bahkan mungkin seorang pahlawan wanita, terutama bagi gadis-gadis yang bercita-cita untuk menggapai tujuan yang lebih tinggi di dalam lingkungan masyarakat yang sebagian besar masih patriarki dan konservatif. Sehingga Waiz tercatat sebagai wanita Afghanistan pertama yang mencoba prestasi tersebut.

Beberapa gadis di Afghanistan histeris ketika melihat Waiz di luar auditorium. Sebagian membawanya bunga, yang lain hanya ingin berjabat tangan dan mencium pipinya. “Aku sama seperti kalian. Jika aku bisa melakukannya, kalian juga bisa,” kata Waiz di tengah kerumunan sejumlah gadis Afghanistan yang datang menghampirinya.

Memang, Waiz memiliki banyak kesamaan dengan mereka. Terlahir di tengah perang, seperti banyak rekan senegaranya, keluarganya berhasil lolos dari Afghanistan pada akhir 1980-an. Waiz dibesarkan di sebuah kamp pengungsian di Pakistan sebelum akhirnya bersama keluarga mereka hijrah ke Amerika Serikat, dan tinggal di California.

Untuk waktu yang cukup lama, Waiz percaya bahwa masa depannya akan sama persis seperti wanita Afghanistan pada umumnya yang hidup dalam suasana perang, menikah dan memiliki anak. “Tapi saya sadar tidak harus seperti itu. Setelah beberapa saat, saya berhenti mendengarkan orang-orang yang mengatakan kepada saya bahwa wanita Afghanistan tidak dapat melakukan hal-hal tertentu. Orang lain mengatakan bahwa kamu tidak cukup pintar untuk menjadi seorang pilot, tapi terbang adalah hasrat saya dan saya berjuang untuk itu serta mampu bertahan sampai sekarang,” kata Waiz di depan para gadis muda Afghanistan.

Sejak saat itu, Waiz telah mendirikan sebuah organisasi yang mempromosikan pendidikan wanita dalam sains, teknologi, teknik, dan matematika. Penerbangan solonya adalah dalam rangka mengumpulkan dana untuk memberikan beasiswa bagi wanita-wanita yang kurang mampu di bidang STEM. “Mata pelajaran ini adalah apa yang akan membantu kemajuan Afghanistan, dan karir ini membutuhkan baik pria maupun wanita kita. Saya tahu peluang kecil bagi wanita di Afghanistan dan saya berharap bisa mengubahnya,” kata Waiz lagi.

Selama di Kabul, Waiz berjumpa Presiden Afghanistan. Ia mendapat kehodmratan dengan sertifikat pilot sipil pertama yang diberikan oleh Pemerintah Afghanistan. Wanita penggemar Jerrie Mock – wanita pertama yang terbang solo di seluruh dunia pada tahun 1964- menuturkan sangat gugup saat pertama kali bertemu dengan Mock. “Saya menanyakan kepadanya tempat pertama yang dia kunjungi setelah perjalanannya, dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia pergi ke Afghanistan. Saya sangat gembira. Saya menganggapnya sebagai sebuah pertanda,” kisahnya.

Setelah berhenti di Kabul, Waiz akan kembali terbang menuju Mumbai, India. Waiz berjanji untuk kembali ke Afghanistan suatu hari nanti. “Saya ingin memberi tahu anda semu, bahwa saya tidak melakukan penerbangan ini untuk mendapatkan ketenaran atau uang. Saya menjadi pemberani bagi anda semua karena setiap hari di sini anda semua menjadi berani.” Kata-katanya disambut dengan sorak sorai.

Sejak krisis politik pada 2001, Afghanistan luluh lantak akibat dilanda perang bahkan sampai saat ini setelah 16 tahun lamanya. Pasukan AS dan sekutu masih bercokol di Afghanistan dengan dalih memburu Taliban. Bahkan kabarnya, AS kembali akan mengirim sedikitnya 3.500 pasukan tambahan ke Afghanistan menyusul informasi intelijen menyebutkan Taliban kini semakin kuat setelah 16 tahun bergerilya.

Pranata sosial Afghanistan hancur sejak dilanda perang. Akses pendidikan, terutama bagi perempuan terbatas dan pendidikan tinggi sangat sulit dicapai. Bahkan, angka keterlibatan perempuan dalam dunia kerja juga kurang dari 16 persen karena keterbatasan kesempatan, sumber daya dan pelatihan.

Usai berbicara di sebuah auditorium, seorang gadis belia menghampiri Waiz dan berkata, “Setelah mendengar anda berbicara hari ini, saya memiliki dua pahlawan dan salah satunya adalah anda. Saya berjanji bahwa saya akan tumbuh menjadi pilot seperti anda,” kata gadis tersebut.

“Terbang telah menjadi impian saya dan saya tahu betapa sulit tantangan untuk mendapatkannya. Tujuan saya adalah kembali ke Afghanistan dan membantu mewujudkan impian anda untuk terbang,” kata Waiz. (ed)

(Editor: Eriec Dieda)

Exit mobile version