Budaya / SeniPuisi

Setelah Seseorang Mati, Sepilihan Puisi Tomas Transtromer

Tomas Transtromer. (FOTO: Dok. World Literature Today)
Tomas Transtromer. (FOTO: Dok. World Literature Today)

NUSANTARANEWS.CO – Tomas Transtromer, penyair asal Swedia, peraih nobel sastra 2011. Transtromer yang sudah 20 tahun diserang stroke sehingga membatasi gerakan dan bicaranya, namun tak membatasi kekuatannya menulis.

Penyair berusia 80 tahun ini diberikan Nobel karena karyanya yang kaya metafora dan gambaran alam dari negerinya, yang dieksplorasi melalui tema kematian, kenyataan, kesepian dan penebusan. Penghargaan untuk Transtromer ini membawa kebanggaan pada negerinya yang hanya dikenal luas karena penulis kriminal Henning Mankel dan band ABBA itu.

Transtromer sendiri masuk nominasi Nobel sejak 1993. Kecintaan lain penyair ini adalah musik. Dia bisa bermain piano dengan tangan kirinya, yang tergambar dalam sejumlah puisinya. Penyair Swedia ini mengalahkan penyair Suriah Adonism novelis Jepang Haruki Murakami dan penyanyi Amerika Serikat, Bob Dylan.

Transtromer dilahirkan di Stockholm pada 15 April 1931, dari pasangan ibu seorang guru dan ayah seorang jurnalis. Karya tahun 1954-nya, “17 Puisi” disebut sebagai debut sastra terbaik pada dekadenya. Ketika meraih gelar psikologi, dia membagi waktunya antara menulis dan menjadi psikolog.

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Penyair yang karyanya telah diterjemahkan ke 60 bahasa ini menurut penyair Amerika, Robert Hass, “Memberi rasa yang pas tentang apa rasanya menjadi orang kebanyakan menjalani hidup di saat kehidupan berjalan sesuai jalurnya.”

Berikuti ini beberapa puisi Tomas Transtromer yang diterjemahkan oleh penyair Indonesia Gracia Asri:

Setelah seseorang mati

Pertama, ada keterkejutan
Yang meninggalkan ekor panjang pucatgemerlap komet
Berisi kita, mengaburkan gambar–gambar televisi
Menyimpan dirinya dalam tetesan dingin di angkasa
Kau masih bisa bermain ski di matahari musim dingin
Diantara makam dimana daun tahun lalu masih bergantung
Mereka seperti halaman yang tersobek dari buku telepon tua
Nama-namanya telah termakan oleh dingin
Indahnya merasakan degup jantungmu
Tetapi seringkali bayangan terasa lebih nyata dari
pada tubuh
samurai kelihatan tidak penting
di samping perisai naga hitamnya

 

Dari Bulan Maret 1974

Cemaslah mereka yang datang dengan kata-kata, kata-kata tapi tanpa bahasa
Aku mencari jalanku kepada salju yang menutupi pulau
mereka yang liar tidak memiliki kata
halaman-halaman yang belum bertulis menyebar ke semua sisi aku sampai pada jejak rusa di antara salju
bahasa tanpa kata-kata

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

 

Figur Perempuan Abad 19

Suaranya tertahan pada pakaiannya. Matanya mengikuti gladiator
Lalu dia sendiri berada dalam arena,
Apakah ia merdeka
Sebuah figura bersepuh mencekik lukisan

 

Malam Desember 1972

Aku datang, laki-laki kasat mata,
Mungkin dipekerjakan oleh kenangan untuk hidup
di masa kini
Dan aku mengemudi masa lalu

Patung kayu berdiri dalam gereja putih terkunci
Tersenyum tanpa daya, seperti seseorang telah
mengambil kacamatanya

Dia seorang diri, di luarnya kini, kini dan kini
Hukum gravitasi menekan kerja di siang hari, menekan tidur di malam hari
Sebuah peperangan

 

Diterjemahkan oleh Gracia Asri dari buku The great enigma new collected poems (diterjemahkan dari bahasa Swedia ke dalam bahasa Inggris oleh Robin Fulton)  terbitan New Directions Books, edisi pertama 2006. Pertama kali dipublikasikan di Indonesia di jogjareview dan kompasiana oleh si penerjemah.

*Gracia Asriningsih, lahir di Jogjakarta,  lulusan jurusan Sastra Prancis, Fakultas Sastra 1994, UGM dan   Master Desentralisasi dari Universitas Paris 8 (2004) Prancis.  Kini  bekerja sebagai penulis lepas dan penerjemah.  Telah menerbitkan 2 novel ‘Place Monge’ dan ‘Sesiang Terakhir’ serta 1 kumpulan puisi Bilingual ‘hampir aku tetapi bukan.’ Tahun 2012, ia menjadi penyair keliling dalam Festival Pernyair International Indonesia. Editor buku Menolak Hukuman Mati, Perspektif Intelektual Muda (2015).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

 

Related Posts

1 of 3,189