Mancanegara

Setelah Serangan Suriah, Stoltenberg Ungkap Misi NATO di Timur Tengah

Setelah Serangan Suriah, Stoltenberg Ungkap Misi NATO di Timur Tengah
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg bersama Komandan Grup Tempur Polandia Letnan Kolonel Angkatan Darat AS Stevel Gventer dalam latihan Iron Wolf 2017 di dekat Rukla, Lithuania. (Foto: US Army/Kapten John Strickland)

NUSANTARANEWS.CO, Washington – Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengungkapkan para menteri luar negeri NATO akan mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) di Brussels pada Juli mendatang. Selain situasi di Eropa Timur dan Rusia, Jens juga mengatakan para menteri akan membahas misi pelatihan NATO dan sekutu di kawasan Timur Tengah.

Pada 14 April lalu aliansi AS, Inggris dan Perancis menembakkan 105 rudal jelajah ke Suriah setelah maraknya isu penggunaan senjata kimia di Douma, dekat Damaskus, meskipun bukti tak kunjung ditemukan.

Melalui keterangan yang diperoleh redaksi, Stoltenberg mengungkapkan para menteri luar negeri NATO nanti akan membahas misi NATO dan sekutu terkait pelatihan baru untuk Irak yang akan diluncurkan usai pertemuan tingkat tinggi di Brussels.

Untuk persoalan di Eropa Timur, terutama sengketa Semenanjung Crimea Stoltenberg menuturkan NATO masih tetap bersikap terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia. Apalagi baru-baru ini Jenderal Angkatan Darat Curtis M Scaparrotti dan komandan aliansi tertinggi NATO untuk Eropa telah mengadakan pertemuan dengan kepala pertahanan Rusia Jenderal Valery Gerasimov. “Kami terus bekerja menuju pertemuan selanjutnya dari Dewan NATO-Rusia,” ujar Stoltenberg.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

BACA JUGA ARTIKEL TERKAIT:

Selain itu, para menteri juga akan melanjutkan pembahasan mengenai situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara. “Saya berharap para menteri akan membahas situasi di Suriah, kesepakatan nuklir Iran, serta rencana NATO untuk meningkatkan pelatihan di Irak,” katanya.

Perwakilan Tinggi Eropa Federica Mogherini dijadwalkan juga akan terlibat dalam diskusi di Brusssels pada Juli mendatang.

“Kita akan bersama-sama membahas bagaimana NATO dan Uni Eropa bisa bekerja sama lebih erat untuk menciptakan stabilitas. Kami melihat gejolak di wilayah ini (Timur Tengah, red) sangat marak terjadi, yang berpotensi mengilhami teroris untuk menyerang wilayah kami dan menciptakan gelombang pengungsi dan migran besar-besaran ke wilayah kami,” katanya.

Stoltenberg mengungkapkan, misi pelatihan NATO di Irak akan disetujui secara bulat oleh para menteri. “Saat ini kami sedang merancang untuk misi pelatihan,” kata dia. Pasukan NATO akan melatih instruktur Irak, dan membantu membangun sekolah militer Irak.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Program pelatihan dan sekolah militer ini sebetulnya sudah digaungkan Amerika Serikat pada Februari lalu setelah negara beribukota Bagdad dihantam rudal dan bom selama kurun waktu tiga tahun. Kelompok pemantau Airwars menyebutkan, dari tahun 2014-2017, koalisi AS telah menewaskan paling tidak 5.961 warga sipil. Selama tiga tahun tersebut, koalisi AS juga telah melakukan lebih dari 28.000 kali melepaskan serangan bom. Hal ini tercatat dalam laporan sebanyak 1.790 laporan korban warga sipil selama dimulainya perang.

BACA JUGA:

Karenanya AS kemudian menyerukan kepada seluruh sekutu, termasuk NATO untuk ikut bertanggung jawab membangun kembali Irak yang luluh lantak. Lebih lanjut Stoltenberg mengatakan para menteri nantinya juga akan memeriksa misi NATO di Afghanistan untuk terus mendorong upaya perdamaian dan rekonsiliasi dengan pejuang Taliban yang diperangi AS dan sekutu, termasuk NATO lebih dari 16 tahun. Menurutnya, NATO mengapresiasi tawaran negosiasi perdamaian yang dilayangkan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kepada pejuang Taliban.

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

“NATO terus membantu menciptakan kondusifitas situasi dengan dukungan praktif dan politik kami. Dan kami juga telah memperbeharui komitmen kami, termasuk dengan meningkatkan jumlah pasukan yang signifikan serta dukungan finansial,” katanya. Setelah perang selama lebih dari 16 tahun, militant Taliban menolak untuk menyerahkan diri dan terus melancarkan perlawanan secara gerilya. Namun, baru-baru ini Taliban mulai terbuka dan bersedia menerima tawaran pemerintah Afghanistan dengan berbagai syarat yang diajukan.

Terakhir, kata Stoltenberg para menteri luar negeri NATO juga akan membahas situasi di Balkan dan kebijakan pintu terbuka NATO.

“NATO tetap berkomitmen pada visi seluruh Eropa, bebas dan damai. Kami akan membahas kemajuan yang dibuat oleh Bosnia-Herzegovina, Bekas Republik Yugoslavia, Makedonia dan Georgia. Ukraina juga sudah menyatakan keinginannya untuk menjadi anggota (NATO),” tutupnya. (red)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,061